MAHABARATA
Mahabharata (Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelumSecara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari Masehi.
ISI MAHABARATA:
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya, kisah
para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah
kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah
tewasnya rakshasa Hidimba di tangan Bhimasena,
dan kisah Arjuna
mendapatkan Dropadi.
|
|
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di
sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana.
Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa
sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama
12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
|
|
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12
tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang
bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut
menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
|
|
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun
penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata
setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira
menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna
sebagai guru tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai
pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.
|
|
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang
keluarga Bharata (Bharatayuddha).
Kresna yang
bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa
mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha,
dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.
|
|
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang
menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra.
Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjuna
menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga
diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu
oleh Srikandi.
|
|
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan
Bagawan Drona sebagai
panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira,
namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna
ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian
anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
|
|
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh
Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam
kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana
oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian
terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan
senjata Pasupati pada hari ke-17.
|
|
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada
hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah
ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana
menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal
itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi
dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat
mengangkat Aswatama sebagai panglima.
|
|
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam
Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma
menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali
para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat
menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan
menjadi pertapa.
|
|
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita
yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira
menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan
mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
|
|
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira
kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang
ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara,
kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia
dengan tenang.
|
|
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara
Aswamedha oleh Raja Yudistira.
Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan
para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit
yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun
dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
|
|
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra,
Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan
dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya
Resi Narada datang
membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api
sucinya sendiri.
|
|
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri
Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna
mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut
telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi
menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
|
|
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira
yang mencapai puncak gunung Himalaya dan
dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani
oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh
meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang
sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
|
1. Kakawin
Hariwangsa
• Kakawin Hariwangsa adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna. Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.
• Arti judul
Hariwangsa secara harafiah berarti silsilah atau garis keturunan sang Hari atau Wisnu. Di India Harivam.ça dalam bahasa Sansekerta memang sebuah karya sastra mengenai Wisnu dan garis keturunannya di mana cerita pernikahan Kresna dan Rukmini adalah sebuah bagian kecil daripadanya. Namun untuk kasus kita ini, sebenarnya nama ini kurang cocok karena kakawin ini hanya mencakup sebuah bagian kecil saja.
• Isi
Sang Kresna yang sedang berjalan-jalan di taman, mendapat kunjungan batara Narada yang berkata kepadanya bahwa calon istrinya, seseorang yang merupakan titisan Dewi Sri, telah turun ke dunia di negeri Kundina. Sedangkan Kresna yang merupakan titisan batara Wisnu harus menikah dengannya. Titisan Dewa Sri bernama Dewi Rukmini dan merupakan putri prabu Bismaka. Tetapi prabu Jarasanda sudah berkehendak untuk mengkawinkannya dengan raja Cedi yang bernama prabu Cedya.
Maka prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka dan beliau langsung berrembug dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Mereka takut untuk menghadapi Kresna karena terkenal sangat sakti. Kemudian Jarasanda memiliki sebuah siasat untuk memeranginya, yaitu dengan meminta tolong Yudistira dan para Pandawa lainnya untuk membantu mereka.
Kemudian utusan dikirim ke prabu Yudistira dan beliau menjadi sangat bingung. Di satu sisi adalah kewajiban seorang ksatria untuk melindungi dunia dan memerangi hal-hal yang buruk. Kresna adalah sahabat karib para Pandawa namun perbuatannya adalah curang dan harus dihukum. Kemudian ia setuju. Namun Bima marah besar dan ingin membunuh utusan Jarasanda tetapi dicegah Arjuna. Selang beberapa lama, mereka mendapat kunjungan duta prabu Kresna yang meminta bantuan mereka. Namun karena sudah berjanji duluan, Yudistira terpaksa menolak sembari menitipkan pesan kepada sang duta supaya prabu Kresna hendaknya tak usah khawatir karena beliau sangat sakti.
Lalu para Pandawa lima berangkat ke negeri Karawira tempat prabu Jarasanda berkuasa kemudian bersama para Korawa mereka menyerbu Dwarawati, negeri prabu Kresna.
Sementara itu Kresna sudah siap-siap menghadapi musuh, dibantu kakaknya sang Baladewa. Berdua mereka membunuh banyak musuh. Jarasanda, para Korawa, Bima dan Nakula dan Sahadewa pun sudah tewas semua. Prabu Yudistira dibius oleh Kresna tidak bisa bergerak. Kemudian Kresna diperangi oleh Arjuna dan hampir saja beliau kalah. Maka turunlah batara Wisnu dari surga. Kresna sebagai titisan Wisnu juga berubah menjadi Wisnu, sementara Arjuna yang juga merupakan titisan Wisnu berubah pula menjadi Wisnu. Yudistira lalu siuman dan meminta Wisnu supaya menghidupkan kembali mereka yang telah tewas di medan peperangan. Wisnu setuju dan Beliau pun menghujankan amerta, lalu semua ksatria yang telah tewas hidup kembali, termasuk Jarasanda. Semuanya lalu datang ke pesta pernikahan prabu Kresna di Dwarawati.
• Penulis
Kakawin Kresnâyana ditulis oleh mpu Panuluh pada saat prabu Jayabaya memerintah di Kediri dari tahun 1135 sampai 1157 Masehi.
• Tema
Tema yang dibahas dalam kakawin Kresnâyana ini mirip dengan tema yang dibahas dalam kakawin Hariwangsa. Para pakar sastra Jawa Kuna berpendapat bahwa kakawin Hariwangsa lebih berhasil dalam menggarap tema yang sama ini. Kakawin Hariwangsa lebih muda daripada Kresnâyana jadi kemungkinan mpu Panuluh menggubah ulang sebuah cerita yang sudah ada entah alasan apa. Ada kemungkinan ia diperintah oleh prabu Jayabaya atau memang karena hasrat jiwanya sendiri. Di dalam kakawinnya sendiri tertulis bahwa mpu Panuluh menulisnya karena: “tambenya pangiketkw apét laleh”, atau maksudnya: “alasannya menggubah syair ialah mencari capai.” Hal ini oleh para pakar ditafsirkan bahwa kakawin ini hanyalah bahan coba-cobaan saja. Mpu Panuluh juga terkenal dengan kakawin Bharatayuddhanya yang ia karang bersama mpu Sedah.
Kemudian ada hal yang sekaligus menarik dan janggal terjadi dalam kakawin ini, yaitu bagaimana para Pandawa bisa-bisanya yang dilukiskan memerangi prabu Kresna, sekutu mereka yang paling setia bersama-sama dengan para Korawa yang merupakan musuh bebuyutan para Pandawa. Namun semuanya berakhir dengan baik bagi segala pihak. Hal seperti ini tidak muncul dalam sastra epis (wiracarita) di India dan ini menunjukkan sifat Indonesiawi dari kakawin ini. Bahkan ada pakar yang menduga bahwa kakawin ini sebenarnya adalah sebuah naskah lakon yang maksudnya dipentaskan untuk pertunjukan wayang.
2. Kakawin Smaradahana
• Kakawin Smaradahana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna dalam bentuk kakawin yang menyampaikan kisah terbakarnya Batara Kamajaya
• Ikhtisar
Ketika Batara Siwa pergi bertapa, dalam inderanya didatangi musuh ,raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka, demikian heningnya dalam tapa, batara Siwa seolah-olah lupa akan kehidupannya di Khayangan. Supaya mengingatkan batara Siwa dan juga agar mau kembali ke Khayangan ,maka oleh para dewa diutuslah batara Kamajaya untuk menjemputnya. Berangkatlah sang batara untuk mengingatkan batara Siwa, dicobanya dengan berbagai panah sakti dan termasuk panah bunga, tetapi batara Siwa tidak bergeming dalam tapanya. Akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa yaitu :
o hasrat mendengar yang merdu
o hasrat mengenyam yang lezat
o hasrat meraba yang halus
o hasrat mencium yang harum
o hasrat memandang yang serba indah
Akibat panah pancawisesa tersebut batara Siwa dalam sekejap rindu kepada permaisurinya dewi Uma, tetapi setelah diketahuinya bahwa hal tersebut atas perbuatan batara Kamajaya. Maka ditataplah batara Kamajaya melalui mata ketiganya yang berada ditengah-tengah dahi, hancurlah batara Kamajaya. Dewi Ratih istri batara Kamajaya melakukan "bela" dengan menceburkan diri kedalam api yang membakar suaminya. Para dewa memohonkan ampun atas kejadian tersebut, agar dihidupkan kembali ,permohonan itu tidak dikabulkan bahkan dalam sabdanya bahwa jiwa batara Kamajaya turun ke dunia dan masuk kedalam hati laki-laki, sedangkan dewi Ratih masuk kedalam jiwa wanita. Ketika Siwa duduk berdua dengan dewi Uma, datanglah para dewa mengunjunginya termasuk dewa Indera dengan gajahnya yang demikian dahsyatnya sehingga dewi Uma terperanjat dan ketakutan melihatnya, kemudian dewi Uma melahirkan putera berkepala gajah, dan kemudian diberi nama Ganesha. Datanglah raksasa Nilarudraka yang melangsungkan niatnya "menggedor" khayangan. Maka Ganesha lah yang harus menghadapinya, dalam perang tanding tersebut ganesha setiap saat berubah dan bertambah besar dan semakin dahsyat. Akhirnya musuh dapat dikalahkan, dan para dewa bersuka cita.
• Raja Kediri
Dalam kitab Smaradahana, disebut-sebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara yang merupakan titisan Dewa Wisnu yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu putri dari kerajaan Jenggala
• Analisis Para Ahli
Dalam prasasti batu, memang tertulis raja Kediri Kameswara bertahta selama tahun 1115 sampai dengan 1130, dan kemudian ada pula Raja Kameswara II yang bertahta pada sekitar tahun 1185. Para ahli Belanda memperkirakan bahwa Kameswara II itu yang mempunyai hubungan dengan kitab Smaradahana. Akan tetapi Prof. Purbatjaraka sebaliknya menunjuk Kameswara I yang terkait, sebab raja tersebut dalam kitab Panji bernama Hinu Kertapati dan juga permaisurinya bernama Kirana , yaitu Dewi Candrakirana, hanya posisi Jenggala dan Kedirinya yang terbalik.
• Penulis
Penulis Smaradahana bernama Empu Dharmadja.
3. Kakawin Kresnayana
• Kakawin Kresnâyana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna yang menceritakan pernikahan prabu Kresna dan penculikan calonnya yaitu Rukmini. Singkatnya, ceritanya adalah sebagai berikut.
• Arti judul
Kresnâyana (secara harafiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalanannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini.
• Isi
Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di negeri Kundina, sudah dijodohkan dengan Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu Rukmini, Dewi Pretukirti lebih suka jika putrinya menikah dengan Kresna. Maka karena hari besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan Jarasanda, pamannya, sama-sama datang di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam memberi tahu Kresna supaya datang secepatnya. Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam melarikan diri.
Mereka dikejar oleh Suniti, Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini, beserta para bala tentara mereka. Kresna berhasil membunuh semuanya dan hampir membunuh Rukma namun dicegah oleh Rukmini. Kemudian mereka pergi ke Dwarawati dan melangsungkan pesta pernikahan.
• Penulis
Kakawin Kresnâyana ditulis oleh mpu Triguna pada saat prabu Warsajaya memerintah di Kediri pada kurang lebih tahun 1104 Masehi.
• Tema
Tema yang dibahas dalam kakawin Kresnâyana ini mirip dengan tema yang dibahas dalam kakawin Hariwangsa. Para pakar sastra Jawa Kuna berpendapat bahwa kakawin Hariwangsa lebih berhasil dalam menggarap tema yang sama ini.
4. Kakawin Gatutkacasraya
• Penulis
Mpu Panuluh
• Isi
Perkawinan Abimanyu,putra Arjuna dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatutkaca,putra Bima. Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.
• Kakawin Hariwangsa adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna. Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.
• Arti judul
Hariwangsa secara harafiah berarti silsilah atau garis keturunan sang Hari atau Wisnu. Di India Harivam.ça dalam bahasa Sansekerta memang sebuah karya sastra mengenai Wisnu dan garis keturunannya di mana cerita pernikahan Kresna dan Rukmini adalah sebuah bagian kecil daripadanya. Namun untuk kasus kita ini, sebenarnya nama ini kurang cocok karena kakawin ini hanya mencakup sebuah bagian kecil saja.
• Isi
Sang Kresna yang sedang berjalan-jalan di taman, mendapat kunjungan batara Narada yang berkata kepadanya bahwa calon istrinya, seseorang yang merupakan titisan Dewi Sri, telah turun ke dunia di negeri Kundina. Sedangkan Kresna yang merupakan titisan batara Wisnu harus menikah dengannya. Titisan Dewa Sri bernama Dewi Rukmini dan merupakan putri prabu Bismaka. Tetapi prabu Jarasanda sudah berkehendak untuk mengkawinkannya dengan raja Cedi yang bernama prabu Cedya.
Maka prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka dan beliau langsung berrembug dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Mereka takut untuk menghadapi Kresna karena terkenal sangat sakti. Kemudian Jarasanda memiliki sebuah siasat untuk memeranginya, yaitu dengan meminta tolong Yudistira dan para Pandawa lainnya untuk membantu mereka.
Kemudian utusan dikirim ke prabu Yudistira dan beliau menjadi sangat bingung. Di satu sisi adalah kewajiban seorang ksatria untuk melindungi dunia dan memerangi hal-hal yang buruk. Kresna adalah sahabat karib para Pandawa namun perbuatannya adalah curang dan harus dihukum. Kemudian ia setuju. Namun Bima marah besar dan ingin membunuh utusan Jarasanda tetapi dicegah Arjuna. Selang beberapa lama, mereka mendapat kunjungan duta prabu Kresna yang meminta bantuan mereka. Namun karena sudah berjanji duluan, Yudistira terpaksa menolak sembari menitipkan pesan kepada sang duta supaya prabu Kresna hendaknya tak usah khawatir karena beliau sangat sakti.
Lalu para Pandawa lima berangkat ke negeri Karawira tempat prabu Jarasanda berkuasa kemudian bersama para Korawa mereka menyerbu Dwarawati, negeri prabu Kresna.
Sementara itu Kresna sudah siap-siap menghadapi musuh, dibantu kakaknya sang Baladewa. Berdua mereka membunuh banyak musuh. Jarasanda, para Korawa, Bima dan Nakula dan Sahadewa pun sudah tewas semua. Prabu Yudistira dibius oleh Kresna tidak bisa bergerak. Kemudian Kresna diperangi oleh Arjuna dan hampir saja beliau kalah. Maka turunlah batara Wisnu dari surga. Kresna sebagai titisan Wisnu juga berubah menjadi Wisnu, sementara Arjuna yang juga merupakan titisan Wisnu berubah pula menjadi Wisnu. Yudistira lalu siuman dan meminta Wisnu supaya menghidupkan kembali mereka yang telah tewas di medan peperangan. Wisnu setuju dan Beliau pun menghujankan amerta, lalu semua ksatria yang telah tewas hidup kembali, termasuk Jarasanda. Semuanya lalu datang ke pesta pernikahan prabu Kresna di Dwarawati.
• Penulis
Kakawin Kresnâyana ditulis oleh mpu Panuluh pada saat prabu Jayabaya memerintah di Kediri dari tahun 1135 sampai 1157 Masehi.
• Tema
Tema yang dibahas dalam kakawin Kresnâyana ini mirip dengan tema yang dibahas dalam kakawin Hariwangsa. Para pakar sastra Jawa Kuna berpendapat bahwa kakawin Hariwangsa lebih berhasil dalam menggarap tema yang sama ini. Kakawin Hariwangsa lebih muda daripada Kresnâyana jadi kemungkinan mpu Panuluh menggubah ulang sebuah cerita yang sudah ada entah alasan apa. Ada kemungkinan ia diperintah oleh prabu Jayabaya atau memang karena hasrat jiwanya sendiri. Di dalam kakawinnya sendiri tertulis bahwa mpu Panuluh menulisnya karena: “tambenya pangiketkw apét laleh”, atau maksudnya: “alasannya menggubah syair ialah mencari capai.” Hal ini oleh para pakar ditafsirkan bahwa kakawin ini hanyalah bahan coba-cobaan saja. Mpu Panuluh juga terkenal dengan kakawin Bharatayuddhanya yang ia karang bersama mpu Sedah.
Kemudian ada hal yang sekaligus menarik dan janggal terjadi dalam kakawin ini, yaitu bagaimana para Pandawa bisa-bisanya yang dilukiskan memerangi prabu Kresna, sekutu mereka yang paling setia bersama-sama dengan para Korawa yang merupakan musuh bebuyutan para Pandawa. Namun semuanya berakhir dengan baik bagi segala pihak. Hal seperti ini tidak muncul dalam sastra epis (wiracarita) di India dan ini menunjukkan sifat Indonesiawi dari kakawin ini. Bahkan ada pakar yang menduga bahwa kakawin ini sebenarnya adalah sebuah naskah lakon yang maksudnya dipentaskan untuk pertunjukan wayang.
2. Kakawin Smaradahana
• Kakawin Smaradahana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna dalam bentuk kakawin yang menyampaikan kisah terbakarnya Batara Kamajaya
• Ikhtisar
Ketika Batara Siwa pergi bertapa, dalam inderanya didatangi musuh ,raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka, demikian heningnya dalam tapa, batara Siwa seolah-olah lupa akan kehidupannya di Khayangan. Supaya mengingatkan batara Siwa dan juga agar mau kembali ke Khayangan ,maka oleh para dewa diutuslah batara Kamajaya untuk menjemputnya. Berangkatlah sang batara untuk mengingatkan batara Siwa, dicobanya dengan berbagai panah sakti dan termasuk panah bunga, tetapi batara Siwa tidak bergeming dalam tapanya. Akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa yaitu :
o hasrat mendengar yang merdu
o hasrat mengenyam yang lezat
o hasrat meraba yang halus
o hasrat mencium yang harum
o hasrat memandang yang serba indah
Akibat panah pancawisesa tersebut batara Siwa dalam sekejap rindu kepada permaisurinya dewi Uma, tetapi setelah diketahuinya bahwa hal tersebut atas perbuatan batara Kamajaya. Maka ditataplah batara Kamajaya melalui mata ketiganya yang berada ditengah-tengah dahi, hancurlah batara Kamajaya. Dewi Ratih istri batara Kamajaya melakukan "bela" dengan menceburkan diri kedalam api yang membakar suaminya. Para dewa memohonkan ampun atas kejadian tersebut, agar dihidupkan kembali ,permohonan itu tidak dikabulkan bahkan dalam sabdanya bahwa jiwa batara Kamajaya turun ke dunia dan masuk kedalam hati laki-laki, sedangkan dewi Ratih masuk kedalam jiwa wanita. Ketika Siwa duduk berdua dengan dewi Uma, datanglah para dewa mengunjunginya termasuk dewa Indera dengan gajahnya yang demikian dahsyatnya sehingga dewi Uma terperanjat dan ketakutan melihatnya, kemudian dewi Uma melahirkan putera berkepala gajah, dan kemudian diberi nama Ganesha. Datanglah raksasa Nilarudraka yang melangsungkan niatnya "menggedor" khayangan. Maka Ganesha lah yang harus menghadapinya, dalam perang tanding tersebut ganesha setiap saat berubah dan bertambah besar dan semakin dahsyat. Akhirnya musuh dapat dikalahkan, dan para dewa bersuka cita.
• Raja Kediri
Dalam kitab Smaradahana, disebut-sebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara yang merupakan titisan Dewa Wisnu yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu putri dari kerajaan Jenggala
• Analisis Para Ahli
Dalam prasasti batu, memang tertulis raja Kediri Kameswara bertahta selama tahun 1115 sampai dengan 1130, dan kemudian ada pula Raja Kameswara II yang bertahta pada sekitar tahun 1185. Para ahli Belanda memperkirakan bahwa Kameswara II itu yang mempunyai hubungan dengan kitab Smaradahana. Akan tetapi Prof. Purbatjaraka sebaliknya menunjuk Kameswara I yang terkait, sebab raja tersebut dalam kitab Panji bernama Hinu Kertapati dan juga permaisurinya bernama Kirana , yaitu Dewi Candrakirana, hanya posisi Jenggala dan Kedirinya yang terbalik.
• Penulis
Penulis Smaradahana bernama Empu Dharmadja.
3. Kakawin Kresnayana
• Kakawin Kresnâyana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna yang menceritakan pernikahan prabu Kresna dan penculikan calonnya yaitu Rukmini. Singkatnya, ceritanya adalah sebagai berikut.
• Arti judul
Kresnâyana (secara harafiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalanannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini.
• Isi
Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di negeri Kundina, sudah dijodohkan dengan Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu Rukmini, Dewi Pretukirti lebih suka jika putrinya menikah dengan Kresna. Maka karena hari besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan Jarasanda, pamannya, sama-sama datang di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam memberi tahu Kresna supaya datang secepatnya. Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam melarikan diri.
Mereka dikejar oleh Suniti, Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini, beserta para bala tentara mereka. Kresna berhasil membunuh semuanya dan hampir membunuh Rukma namun dicegah oleh Rukmini. Kemudian mereka pergi ke Dwarawati dan melangsungkan pesta pernikahan.
• Penulis
Kakawin Kresnâyana ditulis oleh mpu Triguna pada saat prabu Warsajaya memerintah di Kediri pada kurang lebih tahun 1104 Masehi.
• Tema
Tema yang dibahas dalam kakawin Kresnâyana ini mirip dengan tema yang dibahas dalam kakawin Hariwangsa. Para pakar sastra Jawa Kuna berpendapat bahwa kakawin Hariwangsa lebih berhasil dalam menggarap tema yang sama ini.
4. Kakawin Gatutkacasraya
• Penulis
Mpu Panuluh
• Isi
Perkawinan Abimanyu,putra Arjuna dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatutkaca,putra Bima. Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.
5.
ISA AL MASIH ADALAH PENULIS KITAB MAHABHARATA
ReplyDeleteBaca Selengkapnya disini :
http://isadalammahabharata.blogspot.com/
Mana isi nya...HAdeuhhhhh
DeleteDasat peak.kisah.mahabharata mau diklaim.islam🤣🤣
Deleteapakah benar seperti itu?
ReplyDeleteThanks sangat membantu :)
ReplyDelete