Thanks For Visiting My Blog
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diutus sebagai rahmat bagi semesta
dalam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Husnudzan
kepada Allah Ta'ala merupakan ibadah hati yang paling jelas. Namun ini tidak
dipahami oleh kebanyakan orang. Karena itu kami berusaha menjelaskan keyakinan
Ahli Sunnah wal Jama'ah tentang ibadah ini dengan memberikan penjelasan dari
para salaf, baik dalam bentuk perkataan maupun praktiknya.
Husnudzan
(berperasangkan baik) kepada Allah adalah meyakini Asma', sifat serta perbuatan
Allah yang layak bagi-Nya. Sebuah keyakinan yang menuntut pengaruh yang
nyata. Misalnya, meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan
memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan
menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini, Allah mempunyai
hikmah yang sempurna dalam setiap yang Dia takdirkan dan tentukan.
Sedangkan siapa yang
menyangka, husnudzan kepada Allah Ta'ala tidak disertai amal apapun, maka ia
salah besar dan tidak memahami ibadah agung ini sesuai dengan pemahaman yang
benar. Sesungguhnya husnudzan tidak tegak dengan meninggalkan
kewajiban-kewajiban dan menjalankan kemaksiatan-kemaksiatan. Maka siapa yang
berperasangka baik kepada Allah semacam itu, ia telah tertipu, berharap yang
salah, berpaham murji'ah yang tercela, serta merasa amal dari siksa Allah.
Semua ini tercela dan membinasakan dirinya sendiri.
Ibnul Qayyim berkata,
وقد تبين الفرق بين حسن الظن والغرور ، وأن حسن الظن إن حمَل على العمل وحث عليه وساعده وساق إليه : فهو صحيح ، وإن دعا إلى البطالة والانهماك في المعاصي : فهو غرور ، وحسن الظن هو الرجاء ، فمن كان رجاؤه جاذباً له على الطاعة زاجراً له عن
المعصية : فهو رجاء صحيح ، ومن كانت بطالته رجاء ورجاؤه بطالة وتفريطاً : فهو المغرور
"Telah nampak jelas
perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia
mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia
benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat: maka ia ghurur
(tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya
mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan
yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan
perintah: maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24)
Syaikh Shalih
al-Fauzan berkata, "Berhusnuzan kepada Allah harus disertai dengan
meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Jika tidak, ia termasuk merasa aman
dari siksa Allah. Oleh sebab itu, behusnudzan kepada Allah harus disertai
melaksanakan sebab-sebab kebaikan yang jelas dan mejauhi semua sebab yang
menghantarkan kepada keburukan: Ini merupakan pengharapan yang terpuji. Adapun
husnudzan kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan menerjang keharaman:
maka ia pengharapan yang tercela, itu termasuk bentuk merasa aman dari adzab
Allah." (Al-Muntaqa' min Fatawa Al-Syaikh al-fauzan: 2/269)
Meningkatkan Husnudzan
Seorang muslim
hendaknya senantiasa berhusnudzan kepada Tuhan-Nya. Ini harus lebih
meningkat dalam dua keadaan:
Pertama, saat dia menjalankan ketaatan. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallambersabda: Allah Ta'ala
berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Aku sesuai prasangka
hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia
mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia
mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan
yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu
jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat
kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia
mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di
atas, husnudzan kepada Allah memiliki hubungan kuat dengan amal shalih. Karena
sesudahnya disebutkan anjuran untuk berdzikir dan mendekatkan diri dengan amal
ketaatan kepada-Nya 'Azza wa Jalla. Maka siapa yang berprasangka baik kepada
Allah pasti ia terdorong untuk berbuat baik.
Al-Hasan al-Bashri
berkata,
المؤمن أحسنَ الظنّ بربّه فأحسن العملَ ، وإنّ الفاجر أساءَ الظنّ بربّه فأساءَ العمل
"Sesungguhnya seorang
mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan
sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia
berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402)
Kemudian Ibnul Qayyim
menjelaskan, siapa yang memperhatikan persoalan ni dengan benar akan tahu,
husnudzan kepada Allah adalah baiknya amal itu sendiri. Karena seorang hamba
terdorong menjalankan amal baik karena ia berperasangka bahwa Tuhan-nya akan
memberi balasan dan pahala atas semua amal-amal baiknya, serta menerimanya.
Husnuzan-lah yang mendorongnya beramal shalih. Maka jika prasangkanya baik,
baik pula amalnya. Jika tidak, husnudzan bersamaan dengan mengikuti hawa nafsu
adalah kelemahan.
Ringkasnya, husnudzan
pasti disertai dengan menjalankan sebab-sebab menuju keselamatan. Sebaliknya,
jika menjalankan sebab-sebab kehancuran, pasti ia tidak berperasangka baik.
(Disarikan dari al-Jawab al-Kaafi: 13-15)
Abu al-Abbas
al-Qurthubi rahimahullah berkata, dikatakan, maknanya: berperasangka (yakin)
dikabulkan doa saat berdoa, diterima saat bertaubat, diampuni saat istighfar,
dan berperasangka akan diterima amal-amal saat menjalankannya sesuai dengan
syarat-syaratnya; ia berpegang teguh dengan Dzat yang janji-Nya benar dan
karunia-Nya melimpah. Aku katakan, ini dikuatkan oleh Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam,
ادْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإجَابَةِ
"Berdoalah kepada Allah
sementara kalian yakin diijabahi." (HR. Al-Tirmidi dengan sanad shahih). Bagi orang
bertaubat dan beristighfar, juga orang yang beramal agar bersungguh-sungguh
dalam menjalankan niatan baiknya itu dengan disetai keyakinan bahwa Allah
Ta'ala akan menerima amalnya dan mengampuni dosanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berjanji akan menerima taubat yang
jujur dan amal-amal yang shalih. Seandainya ia menjalankan amal-amal tersebut
dengan keyakinan atau prasangka bahwa Allah tidak akan menerimanya dan
amal-amal tersebut tak memberikan manfaat baginya, itu namanya putus asa dari
rahmat Allah. Sedangkan berputus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar.
Siapa meninggal di atasnya, baginya apa yang diperasangkakannya. Adapun merasa
mendapat ampunan dan rahmat dengan mengerjakan maksiat-maksiat: itu adalah
kejahilan dan tertipu. Mereka itulah yang akan masuk dalam jeratan paham
murji-ah.
Kedua, saat tertimpa musibah dan menghadapi kematian. Dari Jabir
bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda
tiga hari menjelang wafatnya,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ
"Janganlah salah
seorang kalian meninggal kecuali ia berhusnuzan kepada Allah." (HR. Muslim)
Dalam kitab
Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah (10/220) disebutkan, wajib atas seorang mukmin berperasangka
baik kepada Allah Ta'ala. Tempat yang lebih banyak diwajibkan berhusnzan kepada
Allah: Saat tertimpa musibah dan saat kematian. Dianjurkan berhusnudzan kepada
Allah Ta'ala bagi orang yang menghadapi kematian. Terus memperbagus perasangka
kepada Allah dan meningkatkannya walaupun itu terasa berat saat menghadapi
kematian dan sakit. Karena seharusnya seorang mukallaf senantiasa husnudzan
kepada Allah.
Dari penjelasan di
atas, husnuzan kepada Allah tidak terjadi dengan meninggalkan perkara wajib dan
mengerjakan kemaksiatan. Siapa yang meyakini hal itu bermanfaat baginya maka ia
tidak menetapkan sebagian dari nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah yang
layak dan sesuai bagi-Nya. Sungguh ia telah mengelincirkan dirinya pada
keburukan dan perangkap syetan. Sementara orang-orang beriman, secara bersamaan
memperbagus amalnya dan memperbagus perasangkanya kepada Allah bahwa Dia akan
menerima amal-amal shalihnya. Dan saat menghadapi kematian, mereka
berperasangka baik kepada Allah bahwa Dia memaafkan kesalahan dan mengampuni
dosa-dosanya serta merahmatinya. Diharapkan, Allah mewujudkan perangka baiknya
tersebut kepada mereka sebagaimana yang sudah dijanjikan oleh-Nya.
Husnuzan terhadap
Sesama Manusia
Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama
manusia, merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap
lahir, ucapan dan perbuatan yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat.
Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujudan dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat
Kehidupan Berkeluarga
Tujuan hidup berkeluarga yang islami adalah terbentuknya keluarga yang memperoleh rida dan rahmat Allah SWT,bahagia serta sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
Agar tujuan luhur tersebut dapat tercapai, diperlukan adanya prasangka baik antar anggota keluarga.
Kehidupan Bertetangga
Tetangga ialah orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat tinggal kita. Antara tetangga satu dengan yang lainnya hendaknya saling berprasangka baik dan jangan saling mencurigai.
Berikut antara lain contoh berperilaku husnuzan terhadap tetangga:
Saling Menghormati
Antara tetangga yang satu dengan yang lainnya hendaknya saling menghormati dan menghargai.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim no. 47)
BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
Berbuat baik kepada tetangga adalah dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat kepada tetangga dan tidak merugikan/menyakiti tetangga.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim no. 46)
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, adil, dan makmur, di bawah ampunan dari rida Allah.
Agar tujuan luhur tersebut dapat terwujud, salah satu usaha yang harus ditempuh yaitu saling berprasangka baik kepada sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara.
Berikut antara lain sikap dan perilaku terpuji yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara :
PERILAKU TERPUJI ANTAR GOLONGAN MUDA DAN GOLONGAN TUA
Generasi tua menyayangi generasi muda, antara lain dengan membimbing kualitas kehidupan generasi muda menjadi lebih baik. sedangkan generasi muda manghormati generasi tua dengan sikap dan perbuatan yang baik.
“Bukan dari golongan kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.” (H.R. Ahmad, Turmuzi, dan Hakim)
PERILAKU TERPUJI ANTAR ANGGOTA MASYARAKAT ATAU SESAMA WARGA NEGARA
Sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara hendaknya saling menolong dalam kebaikan serta ketakwaan dan jangan saling menolong dalam dosa serta pelanggaran.
Tolong-menolong dalam kebajikan sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara itu, antara lain:
-Pemerintah dan rakyat dari kelompok kaya berusaha bekerja sama untuk menghilangkan kemiskinan melalui zakat, bersedekah, dan infak.
-Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam memberantas kejahatan dan kemungkaran yang muncul di masyarakat dengan hukum yang berlaku.
Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujudan dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat
Kehidupan Berkeluarga
Tujuan hidup berkeluarga yang islami adalah terbentuknya keluarga yang memperoleh rida dan rahmat Allah SWT,bahagia serta sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
Agar tujuan luhur tersebut dapat tercapai, diperlukan adanya prasangka baik antar anggota keluarga.
Kehidupan Bertetangga
Tetangga ialah orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat tinggal kita. Antara tetangga satu dengan yang lainnya hendaknya saling berprasangka baik dan jangan saling mencurigai.
Berikut antara lain contoh berperilaku husnuzan terhadap tetangga:
Saling Menghormati
Antara tetangga yang satu dengan yang lainnya hendaknya saling menghormati dan menghargai.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim no. 47)
BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
Berbuat baik kepada tetangga adalah dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat kepada tetangga dan tidak merugikan/menyakiti tetangga.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim no. 46)
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, adil, dan makmur, di bawah ampunan dari rida Allah.
Agar tujuan luhur tersebut dapat terwujud, salah satu usaha yang harus ditempuh yaitu saling berprasangka baik kepada sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara.
Berikut antara lain sikap dan perilaku terpuji yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara :
PERILAKU TERPUJI ANTAR GOLONGAN MUDA DAN GOLONGAN TUA
Generasi tua menyayangi generasi muda, antara lain dengan membimbing kualitas kehidupan generasi muda menjadi lebih baik. sedangkan generasi muda manghormati generasi tua dengan sikap dan perbuatan yang baik.
“Bukan dari golongan kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.” (H.R. Ahmad, Turmuzi, dan Hakim)
PERILAKU TERPUJI ANTAR ANGGOTA MASYARAKAT ATAU SESAMA WARGA NEGARA
Sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara hendaknya saling menolong dalam kebaikan serta ketakwaan dan jangan saling menolong dalam dosa serta pelanggaran.
Tolong-menolong dalam kebajikan sesama anggota masyarakat atau sesama warga negara itu, antara lain:
-Pemerintah dan rakyat dari kelompok kaya berusaha bekerja sama untuk menghilangkan kemiskinan melalui zakat, bersedekah, dan infak.
-Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam memberantas kejahatan dan kemungkaran yang muncul di masyarakat dengan hukum yang berlaku.
A.PENGERTIAN PERILAKU HUSNUZAN
Husnuzan artinya berbaik
sangka, lawan katanya adalah suuzan yang artinya berburuk sangka. Berbaik
sangka dan berburuk sangka merupakan bisikan jiwa, yang dapat diwujudkan
melalui perilaku yakni ucapan dan perbuatan. Perilaku husnuzan termasuk akhlak
terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku suuzan termasuk
akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian.
Sungguh tepat jika Allah
SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka. Sesuai dengan firman-Nya
padasurat Al-Hujurat ayat 49 yang artinya:
“Jauhkanlah dirimu dari
berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan
(yakni jaukan dirimu dari sesorang berdasarkan sangkaan saja).” (H.R BUKHARI
DAN MUSLIM)
B. CONTOH-CONTOH PERILAKU HUSNUZAN
- Husnuzan tehadap Allah SWT
Husnuzan terhadap Allah
SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam
semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan serta
bersih dari segala sifat kekurangan.
Husnuzan terhadap Allah
SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda beriman kepada-Nya.
Di antara sikap perlaku
terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka pada Allah SWT
ialah syukur dan sabar.
- Syukur
Menurut pengertian
bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut
istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWTdan pengakuan yang tulus
atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.
Nikmat karunia Allah SWT
sangat banyak dan bermacam-macam. Ada nikmat yang terdapat dalam diri
manusia itu sendiri, dan ada pula yang berasal dai luar diri manusia, ada nkmat
yang besifat jasmani dan ada pula yang bersifat rohani.
o Nikmat karunia Allah yang bersifat jasmani dan terdapat dalam diri
manusia, seperti pancaindra, bentuk, dan susunan tubuh manusia yang lebih
sempuna dari hewan sehingga manusia bisa berlari cepat seperti kijang, memanjat
seperti kera, dan berenang seperti ikan. Sungguh tepat apa yang telah
difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an:
o Nikmat Allah yang bersifat rohani, sebagai anugerah Allah SWT yang
tidak ternilai harganya, antara lain roh, akal, kalbu, dan nafsu.
o Demikian juga nikmat-nikmat karunia Allah SWT yang terdapat di
luar diri manusia sungguh sangat banyak dan tidak ternilai harganya. Nikmat-nikmat
misalnya air, api, berbagai jenis makanan dan buah-buahan, aneka macam barang
tambang, daratan, lautan, dan angkasa raya. Itu semua memang disediakan Allah
SWT untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.
o Jika umat manusia menghitung-hitung nikmat karunia Allah SWT,
tentu tidak akan mampu menghitungnya (lihat dan pelajari Q.S Ibrahim, 14: 34
dan Q.S Al-Baqarah, 2: 152).
o Cara bersyukur kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan segala
nikmat karunia Allah SWT untuk hal-hal yang diridai-Nya, yaitu:
o Bersyukur dengan hati ialah mengakui dan menyadar bahwa segala
nikmat yang diperoleh manusia, merupakan karuni Allah SWT semata dan tidak ada
selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat-nkmat itu.
o Bersyukur dengan lidah seperti membacaAlhamdulillah (segala
puji bagi Allah), mengucapkan lafal-lafal zkir lannya, membaca Al-Qur’an, dan
melaksanakan akmar makuf nahi mungkar.
o Bersyukur dengan amal perbuatan, misalnya mengerjakan salat,
menunaikan ibadah haji jika mampu, berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat
baik pada sesama manusia.
o Bersyukur dengan harta benda, misalnya dengan jalan membelanjakan
harta benda itu untuk hal-hal yang bemanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
- Sabar
Manusia dalam hidupnya
di dunia ini silih berganti berada dalam dua situasi, yaitu situasi yang senang
karena memperoleh nikmat dan situasi sedih atau susah karena mengalami musibah.
Apabila manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan
bila berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar.
Setiap Muslim/Muslimah
yang beprasangka baik pada Allah SWT, apabila dikenai suatu musibah seperti
sakit, bencana alam dan gagal dalam suatu usaha, tentu akan bersabar. Ia tidak
akan gelisah dan berkeluh kesah apalagi beputus asa, karena ia menyadari bahwa
musibah-musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT. (Lihat dan pelajari Q.S.
Al-Baqarah, 2: 155-157 dan Q.S. Yusuf, 12: 87!)
Seseorang dianggap
suuzan terhadap Allah SWT, misalnya tatkala ia mengalami kegagalan dalam suatu
usaha, ia menduga Allahlah penyebab kegagalannya, Allah mendengar doanya, Allah
itu kikir, Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang negatif terhadap Allah
SWT. Padahal Allah SWT itu Maha Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT
tidak menyuruh hamba-Nya untu gagal dalam suatu usaha. Oleh karena itu, jika
seseorang gagal dalam suatu usaha, ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT. Ia
harus mengntrospeksi diri, mungkin kegagalan itu karena usahanya belum
dilakukan secara sungguh-sungguh. Kegagalan dalam suatu usaha, hendaknya
dijadikan pelajaran, agar pada masa mendatang tidak mengalami hal serupa.
2. Husnuzan terhadap
Diri Sendiri
Perilaku terpuji
terhadap diri sendiri yaitu percaya diri, gigih dan
berinisiatif.
a. Percaya Diri
Percaya diri termasuk sikap
dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap Muslim/Muslimah karena
seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya,
sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu
tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan memiliki
keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan memperoleh
keberhasilan dalam hidup.
Seseorang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan keterampilan apabila tidak percaya diri tentu akan
memperoleh kerugian dan mungkin bencana. Muslim/Muslimah yang percaya diri akan
melaksanakan kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya menjaga kesehatan
jasmani dan rohani serta memelihara diri agar tidak dikenai suatu bencana.
b. Gigih
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa katagigih bahasa Minangkabau yang
artinya berkeras hati, tabah, dan rajin. Gigih juga dapat diartikan
bersungguh-sungguh dalam meraih sesuatu. Sikap dan perilaku gigihdalam
meraih yang positif termasuk sikap mahmudah (sikap terpuji)
dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan muslimah wajib memiliki
sikap gigih. Sikap gigih hendaknya diterapkan dalam kehidupan antara lain dalam
hal berikut:
1) Ibadah
2) Menuntut ilmu
Ilmu
pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu pengetahuan tentang
agama Islam (‘ilm hal) dan ilmu pengetahuan umum (‘ilm gairu hal).
Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup kepada umat
manusia.
Ilmu
pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat memanfaatkan, menggali, dan
mengolah kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut maupun yang ada di
angkasa raya.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Kebaikan/kebahagiaan
di dunia dan di akhirat beserta ilmu dan keburukan/bencana di dunia dan di
akhirat beserta kebodohan.”
(H.R Bukhari)
3) Bekerja mencari
rezeki yang halal
Bekerja mencari rezeki yang
halal dapat dilakukan melalui berbagai bidang usaha, misalnya pertanian,
peternakan, dan perdagangan. Bekerja dalam bidang apa pun hendaknya dilakukan
dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat ikhlas karena Allah SWT,
untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Dengan cara seperti itu maka akan
diperoleh hasil kerja yang optimal. Islam melarang umat-Nya bermalas-malasan
dan menjadi beban orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Bekerja mencari rezeki
yang halal itu wajib bagi setiap Muslim.”
(H.R. Tabrani)
4) Berinisiatif
Kata inisiatif berasal
dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa atau langkah
pertama. Inisiatif juga berarti berbuat yang sifatnya produktif (
memiliki etos kerja yang tinggi) dan tidak tergantung kepada orang lain. Islam
mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tingi. Seseorang yang
memiliki inisiatif disebut inisiator.
Inisiatif dalam hal
positif merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim
dan muslimah. Muslim/Muslimah yang berprasangka baik terhadap dirinya, tentu
akan berkeyakinan bahwa dirinya mampu berinisiatif yang positif dalam bidang
yang ditekuninya dan sesuai dengan keahliannya.
Firman Allah swt:
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya.”
(Q.S. An Najm[53]: 39
3. Husnuzan terhadap sesama Manusia
Husnuzan
merupakan sikap mental terpuji, yang mendiring pemiliknya untuk bersikap,
bertutur kata, dan berbuat yang baik dan bermanfaat.
Perwujudan
dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga
dan bermasyarakat.
- Kehidupan berkeluarga
Untuk
mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat Allah swt , bahagia dan
sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
Ø Pasangan suami-istri hendaknya saling
berprasangka baik dan tidak saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan
kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Ø Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi
dengan prasangka baik dan saling pengertian.
Ø Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati
orang tua.
Ø Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak
agar anak bisa mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
- Kehidupan bertetangga
Ø Saling menghormati dan menghargai, baik
secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan. Menghormati tetangga merupakan
tanda-tanda dari manusia beriman:
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menghormati
tetangganya.” (H.R. Muslim)
Ø Berbuat baik pada tetangga dengan cara
melakukan kewajiban terhadap tetangga dan perbuatan lainnya yang bermanfaat.
“Tidak
akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari
gangguan-gangguannya.”(H.R. Muslim)
- Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Tujuan
dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah terwujudnya
kehidupan yang aman, tenteram, adil dan makmur, dibawah ampunan dari ridha
Allah SWT. Hal ini bisa ditempuh dengan saling berprasangka baik dan
berperilaku terpuji.
1) Generasi tua menyayangi generasi muda, yaitu
dengan membimbing mereka agar kualitas hidupnya dalam berbagai bidang positif
melebihi generasi tua. Generasi muda hendaknya menghormati yang tua dengan
bersikap, berkata dan berperilaku yang bermanfaat.
“Bukan
dari golongan kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak
menghormati yang tua.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim)
2) Saling tolong-menolong dalam kebaikan serta
ketakwaan dan jangan saling menolong dalam dosa serta pelanggaran. (lihat
Q.S. Al-Maidah, 5: 2)
· Pemerintah dan rakyat dari golongan mampu
saling bekerja sama untuk mengetaskan kemiskinan.
· Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam
memberantas kejahatan dan kemungkaran yang terjadi di lingkungan masyarakat.
C.MEMBIASAKAN DIRI BERLAKU HUSNUZAN
Setiap
Muslim/Muslimah, hendaknya membiasakn diri dengan berperilaku husnuzan terhadap
Allah SWT, terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama manusia.
Seorang
Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, tentu akan
senantiasa bertakwa kepadanya, di mana pun dan kapan pun dia berada.Ia akan
selalu bersyukur pada Allah SWT bila berada dalam situasi yang menyenangkan dan
akan senantiasa bersabar bila berada dalam keadaan yang menyusahkan.
Seorang
Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap dirinya sendiri, tentu akan
membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi
dirinya, seperti percaya diri, gigih, dan banyak berinisiatif yang positif.
Demikian
juga, setiap Muslim/Muslimah hendaknya membiasakan diri untuk berperilaku
husnuzan terhadap manusia,baik dalam kehidupan berkeluarga dan bertetangga,
maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Insya
Allah, jika setiap Muslim/Muslimah dan setiap anggota masyarakat, telag
membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan dalam kehidupan sehari-hari, mereka
akan memperoleh kebaikan-kebaikan yang banyak.
ALWAYS REMEMBER : http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com
Artikel yang sangat bermanfaat gan tugas ane jadi lebih gampang di kerjain
ReplyDeleteIjin sedot... ^^
iya.. jangan lupa kasih sumbernya :-)
ReplyDeleteThx you gan, bermanfaat sekali artikelnya :D
ReplyDeleteIjin sedot juga yah