Terimakasih Atas Kunjungannya
Terdengar kokok ayam jantan
Dibalik awan sang surya perlahan datang
Bersibaak mengahamburkan sinar-sinar keabadiaan
Dari situ rasa dingin mulai terkubur
Si kulit hitam terbangun.
Dengan rona lugu
Menantikan habisnya usia senja
Habis berkelana meraba dunia
Membanting tulang menyambung nyawa
Tak hening tak lelah tak mudah patah
Seperti batang tegak menopang
Seperti karang dihempas tak hilang
Seperti merpati terbang
Tak henti sembah bakti pada Sang ilahi
Karya : Christina Mega Ariani
Thursday, 21 June 2012
Puisi -Memangilmu-
Terimakasih Atas Kunjungannya
Cinta
Seperti inikah rasanya mencintai?
Harus merasakan sakit dan perihnya
Mencintai dan memendamnya dalam hatiku
Hati ini yag semakin rapuh
Karena tak mendapat jawaban darimu
Menangis
Deraian air mata mengalir dari bola mataku
Entah ini sedih atau haru
Air mata yang terus mengalir
Menandakan sesuatu yang janggal
Di hatiku
Aku masih memanggil nama mu
Kekasih hatiku
Namun di dalam mata dan mulutku
Aku tak dapat berbuat seperti ini
Kau telah tiada,
Aku harus rela melepaskanmu
Untuk selamanya
Karya : Decky Adi Prasetyo
Labels:
puisi
Puisi -Impian-
Terimakasih Atas Kunjungannya
Keinginan manusia
Antara Nafsu dan akal
Antara dunia dan akhirat
Antara cinta dan harta
Nafsu yang buruk
Membuat hidup tambah tersiksa
Hina dalam menjalaninya
Tersesat dalam gelapnya dunia
Yang penuh dengki dan dusta
Impian ku
Mungkin ini impian terakhir
Semoga jadi kenyataan
Angin semilir di pucuk bambu
Seolah berbisik padaku
Tentang arti impian sebenarnya
Tentang arti hidup bagi seorang yang beriman
Menjadi orang yang berguna
Itulah impian semua orang,
Namun menjadi diriku sendiri dan mencintai negaraku
Adalah impian ku,.
Langkah hidup yang berat
Terbebani senyuman palsu
Tidak menjadi diri sendiri
Dan tidak percaya diri
Senyum keikhlasan
Membawa berkah dan
harapan
Harapan menuju masa depan
Dan mewujudkan impian
Impian
Datang silih berganti
Mengikuti alunan ombak nan gemulai
Memberikan semangat tentang arti hidup lagi
Bukan sebagai pujian tetapi kenyataan,.
Karya : Decky Adi Prasetyo
Labels:
puisi
Puisi -Hidup-
Terimakasih Atas Kunjungannya
Karya : Decky Adi Prasetyo
Hidup
Bukan sebuah permainan
Tapi sebuah pemberian
Dari sang pencipta
Pencipta alam ini
Anugerah,
Jangan kalian sebut kekurangan
Tapi sebutlah sebagai kelebihan
Hidup,
Antara pilihan yang sulit
Menjalaninya atau mengotorinya
Sikap manusia sulit ditebak
Tapi hidup sudah ditakdirkan oleh sang kuasa
Hidup jangan kau salahkan
Tapi hidup isilah dengan kebaikan
Hati yang luhur akan membawa hidup pada kedamaian
Puisi -Waktu-
Terimakasih Atas Kunjungannya
Berlalu bagaikan pesawat jet
Secepat kilat kau mencampakan hati ini
Kau permainkan aku lagi
Dan lagi
Waktu
Kuharap aku dapat mengulangi waktu
Ketika masa-masa itu
Dan saat-saat itu
Kau tahu?
Apa itu cinta?
Kuharap kau mengerti
Kesempatan kedua untukmu
Kuharap kau berubah,
Namun kau tetap sama seperti yang dulu
Ku yakin inilah keputusanmu
Aku takkan dapat mengubahnya
Namun
Waktu
Aku mohon padamu
Jangan kau beginika aku
Membuatku bersedih dan bersedih lagi
Aku tak kuat lagi
Air mataku terus bercucuran
Apakah engkau adil Tuhan?
Membiarkan hamba-Mu seperti ini
Semakin terperosot dalam lubag kegelapan
Karena dicampakkan
Oleh seorang yang tidak beramal
Waktu,
Aku ingin dapat merubah kau
Dan kembali lagi saat itu
Saat aku memutuskan untuk menerimanya lagi
Waktu,
Ijinkan aku sekali saja
Untuk dapat merubah nasibku
Karya : Decky Adi Prasetyo
Sunday, 10 June 2012
Semua tentang PMI
Terimakasih Atas Kunjungannya
PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.
Menyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan.
SEJARAH PMI
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.
Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).
Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.
Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.
PERAN DAN TUGAS PMI
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Tugas Pokok PMI:
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.
SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA
DASAWARSA I 1945 -1954
Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.
Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.
Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.
PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.
Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.
PMI mulai mengembangkan kegiatan kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).
DASAWARSA II 1955 - 1964
Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara.
Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.
Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura.
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.
Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.
DASA WARSA III 1965-1975
Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI.
Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia.
Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya)
Jakarta - Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.
DASAWARSA IV 1975 -1984
Kerjasama PMI-ICRC
PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.
Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.
Bencana Alam
Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten
PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan.
Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter.
PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan
Transfusi Darah
Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.
Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980
DASAWARSA V 1984 - 1994
Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.
Tracing and Mailing RRC- RI
Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus.
Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.
Bencana alam
PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,-
Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.
Perang Teluk tahun 1991
Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.
Uji Saring Darah HIV
Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.
Temu Karya KSR
Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.
DASAWARSA VI 1994 - 2004
Bencana Alam (Gempa Bumi)
Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.
Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.
Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.
Banjir
Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir.
Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI.
Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.
Penanggulangan Bencana Konflik
Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.
CBFA- Tarakan dan Lampung
Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.
Kembali ke atas
PMI KINI
Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.
Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 - 2004 :
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.
Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).
Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.
Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.
PERAN DAN TUGAS PMI
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Tugas Pokok PMI:
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.
SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA
DASAWARSA I 1945 -1954
Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.
Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.
Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.
PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.
Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.
PMI mulai mengembangkan kegiatan kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).
DASAWARSA II 1955 - 1964
Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara.
Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.
Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura.
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.
Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.
DASA WARSA III 1965-1975
Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI.
Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia.
Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya)
Jakarta - Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.
DASAWARSA IV 1975 -1984
Kerjasama PMI-ICRC
PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.
Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.
Bencana Alam
Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten
PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan.
Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter.
PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan
Transfusi Darah
Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.
Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980
DASAWARSA V 1984 - 1994
Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.
Tracing and Mailing RRC- RI
Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus.
Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.
Bencana alam
PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,-
Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.
Perang Teluk tahun 1991
Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.
Uji Saring Darah HIV
Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.
Temu Karya KSR
Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.
DASAWARSA VI 1994 - 2004
Bencana Alam (Gempa Bumi)
Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.
Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.
Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.
Banjir
Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir.
Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI.
Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.
Penanggulangan Bencana Konflik
Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.
CBFA- Tarakan dan Lampung
Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.
Kembali ke atas
PMI KINI
Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.
Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 - 2004 :
A.
Visi
PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.
B.
Misi
1.
Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi
prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum
perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.
2.
Melaksanakan pelayanan
kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:
§ Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat
§ Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
§ Usaha Kesehatan Transfusi Darah
3.
Pembinaan Generasi Muda dalam
kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.
4.
Melakukan konsolidasi organisasi,
pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana
untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.
Kembali ke atas
PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI
PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI
A.
TUJUAN
Menyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan.
B.
PROGRAM
2002
1.
Melanjutkan upaya akurasi data
kapasitas organisasi daerah dan cabang dari hasil respon kuistioner yang
diberikan Daerah dan Cabang dan Laporan Persemester atau Tahunan.
2.
Menyusun pola standar Orientasi
Kepalangmerahan dan implementasi manajemen PMI bagi pengurus.
3.
Memberikan arahan kepada Daerah
untuk mengaktifkan fungsinya melalui:
§ Pengamatan aktif, advokasi dan membantu implementasi AD/ART,
khususnya di dalam MUSDA dan MUKERDA.
§ Lokakarya Manajemen dan Organisasi bagi daerah dan beberapa
cabang terpilih.
§ Orientasi kepalangmerahan dan manajemen organisasi untuk
daerah dan cabang-cabang yang dimiliki.
§ Membina Rencana Strategis Pengembangan Organisasi melalui
kinerja tim OD
§ Lokakarya bagi pengembangan fungsi markas pusat bagi Kepala
Unit Daerah (KAMADA)
§ Melanjutkan pemberian bantuan kepada korban gempa bumi di
Bengkulu, dengan pilot program OD di PMI Bengkulu, untuk mendukung implement
§ program CBFA, water and sanitation in Bengkulu.
4.
Memantapkan persiapan untuk MUKERNAS
tahun 2002
5.
Menerbitkan perangkat lunak bagi
pengembangan manajemen dan organisasi seperti Petunjuk Bagi Pengurus PMI.
Kapasitas Organisasi PMI per April 2002
Jumlah Daerah : 30 daerah
Jumlah Cabang : 323 cabang
Jumlah Ranting : 450 ranting
Jumlah KSR : 28.554 orang
Jumlah TSR : 22.347 orang
Jumlah PMR : 70.127 orang
Jumlah Daerah : 30 daerah
Jumlah Cabang : 323 cabang
Jumlah Ranting : 450 ranting
Jumlah KSR : 28.554 orang
Jumlah TSR : 22.347 orang
Jumlah PMR : 70.127 orang
Source : Google.com & Pmi
Tentang PMR & PMI
Terimakasih Atas Kunjungannya
APAKAH PMR ITU?
PMR (Palang Merah Remaja) adalah wadah kegiatan remaja di sekolah atau
Lembaga pendidikan formal dalam kepalangmerahan melalui program Ekstra
Kurikuler.
APAKAH MANAJEMEN PMR ITU?
Manajemen PMR merupakan proses pembinaan dan pengembangan anggota remaja
PMI agar dapat mendukung peningkatan kapasitas organisasi dan pelayanan PMI.
Tujuan dari manajemen PMR adalah untuk membangun dan membangun dan
mengembangkan karakter PMR yang berpoman pada prinsip kepalangmerahan untuk
menjadi relawan masa depan.
SIKLUS MANAJEMEN PMR
PEREKRUTAN
Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok PMR melalui
proses promosi, pendaftaran, dan wawancara. Perekrutan dilakukan minimal
setahun sekali pada bulan Juli-Agustus .
Syarat untuk menjadi anggota PMR
adalah :
- WNI atau WNA yang sedang berdomisili di Indonesia
- Berusia 7-20 tahun dan belum menikah.
- Berpendidikan setingkat SD, SLTP dan SLTA
- Bersedia mengikuti pelatihan dan pendidikan dasar kepalangmerahan.
- Mendapat persetujuan orang tua/wali.
- Menyerahkan formulir pendaftaran ke Pembina PMR di sekolah yang selanjutnya akan diteruskan ke PMI Markas setempat. Sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan masing-masing, maka anggota PMR akan dikelompokan menjadi :
- PMR MULA : usia 7-12 tahun atau setingkat SD
- PMR MADYA : usia 12-16 atau setingkat SLTP
- PMR WIRA : usia 16-20 atau setingkat SLTA
PELATIHAN
Pelatihan ditujukan untuk menguatkan karakter
anggota PMR untuk meningkatkan keterampilan hidup sehat dan menjadi relawan,
anggota PMr tidak hanya tahu dan terampil tapi juga perlu memahami dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam proses pelatihan.
Materi dalam pelatihan PMR meliputi : Gerakan Kepalangmerahan,
Kepemimpinan, Pertolongan Pertama, Sanitasi dan kesehatan, Kesehatan remaja,
Kesiapsiagaan bencana dan Donor Darah.
TRI BHAKTI PMR
Melibatkan anggota PMR dalam berbagai kegiatan
kepalangmerahan merupakan karya dan bakti nyata setelah mengikuti pelatihan,
pengakuan terhadap keberadaan dan kompetensi dalam meningkatkan kualitas
anggota dan organisasi serta memberikan jawaban atas berbagai minat bergabungnya
remaja dengan PMI. Setelah rekruitmen kemudian
mengikuti orientasi dan pelatihan dasar PMR di sekolah, Anda dapat terlibat
dalam berbagai kegiatan, antara lain :
- Pengumpulan bantuan di sekolah untuk korban Bencana.
- Bhakti sosial dengan kunjungan ke Rumah Sakit atau Panti Jompo/asuhan untuk perawatan keluarga, gerakan kebersihan lingkungan, dlsb.
- Ikut gerakan kakek/nenek angkat asuh
- Ikut pelatihan remaja sebaya di bidang kesehatan remaja dan HIV/AIDS.
- Donor darah siswa
- Seni (majalah dinding, lomba-lomba)
- Pertukaran album, program persahabatan remaja palang merah regional/internasional
- Jumbara (Jumpa Bakti Gembira) PMR.
Ruang lingkup kegiatan PMR ini dikenal dengan “Tri Bakti Remaja”, yang
meliputi :
- Berbakti pada masyarakat
- Mempertinggi keterampilan & memelihara kebersihan dan kesehatan
- Mempererat persahabatan nasional & internasional.
PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN
Pengakuan dan penghargaan bertujuan untuk :
- Memotivasi PMR agar tetap bersama dengan PMI
- Memberikan rasa bangga dan kesadaran akan kualitasnya bahwa meskipun masih remaja mereka dapat berperan untuk kemanusiaan
- Meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen
- Meningkatkan kualitas kegiatan kepalangmerahan
Dalam rangka memberikan pengajuan dan penghargaan
terhadap PMR, PMI Kota Surakarta telah berhasil menyelenggarakan event PMR
Awards yang merupakan sebuah kegiatan dalam program kerja PMR. Kegiatan ini
merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh PMI Kota dalam mengapresiasi
potensi para anggota PMR yang masih exist, yang mengacu pada peningkatan
mutu SDM anggota PMR.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pemantauan dan evaluasi adalah proses berkelanjutan dan melekat pada
keseluruhan siklus. Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana mereka melakukan
kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab
kebutuhan mereka, merupakan sebagian dari tahapan pemantauan dan evaluasi ,
yang jika tidak dilakukan menunjukkan ketidakpedulian PMI terhadap kualitas
anggota, kegiatan, dan Tri Bhakti yang sedang dilakukan.
Kegiatan Palang
Merah Indonesia (PMI)
Kegiatan Palang Merah
Indonesia (PMI) - Pada saat PMI baru terbentuk, banyak kesulitan yang dihadapi.
Kurangnya dana, peralatan dan sumber daya manusia membuat gerak langkah PMI
sedikit terhambat. Namun hambatan ini teratasi dengan banyaknya sukarelawan
yang bersedia bergabung dan membantu PMI. Berbagai kesulitan yang ada, sedikit
demi sedikit dapat teratasi. Sebagai kegiatan awal, dibentuklah Pasukan
Penolong Pertama (Mobile Colone) oleh cabang-cabang PMI. Saat itu baru
terbentuk 40 cabang PMI di seluruh Indonesia. Anggota Pasukan Penolong Pertama
direkrut dari pelajar sekolah tinggi dan menengah.Pada permulaan tahun 1946,
terkumpul 60 orang pelajar wanita yang dididik untuk menjadi pembantu juru
rawat. Mereka dilatih dan diasramakan di Gedung Chr.HBS Salemba, Jakarta.
Kegiatan Palang Merah Indonesia (PMI) Setelah menyelesaikan pelatihannya,
sukarelawan itu dikirim ke berbagai daerah di luar Jakarta, termasuk ke
daerah-daerah yang masih dilanda pertempuran kecil. Sejak saat itu, Palang
Merah Indonesia semakin menunjukan keberadaannya sebagai lembaga yang melakukan
kegiatan kepalangmerahan di Indonesia. Agar kegiatan PMI mendapat keleluasaan
dalam bertindak, maka PMI perlu mendapat perlindungan hukum dari negara.
Perlindungan hukum itu juga merupakan syarat yang harus diberikan oleh negara,
yang diatur oleh hukum internasional, sebagaimana telah disepakati oleh seluruh
negara di dunia, bahwa satu negara hanya boleh memiliki satu badan
kepalangmerahan.
RANGKUMAN Guna HIDROKARBON & MINYAK BUMI
Terimakasih Atas Kunjungannya
RANGKUMAN
Guna HIDROKARBON &
MINYAK BUMI
Nama : Decky Adi P.
No. : 10
Kelas : X.1
SMA
NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
GUNA HIDROKARBON
DAN MINYAK BUMI
1.
HIDROKARBON
Penggolongan
Hidrokarbon :
a.
Berdasarkan
jenis ikatan antar atom karbonnya :
§ Hidrokarbon
jenuh
§ Hidrokarbon
tak jenuh
b.
Berdasarkan
bentuk rantai karbonnya :
§ Hidrokarbon
alifatik
§ Hidrokarbon
alisiklik
§ Hidrokarbon
aromatik
Hidrokarbon alifatik dibedakan menjadi :
·
Alkana, kegunaan :
1) Metana;
berguna sebagai bahan bakar untuk memasak, dan bahan baku pembuatan zat kimia
seperti H2 dan NH3.
2) Etana;
berguna sebagai bahan bakar untuk memasak dan sebagai refrigerant dalam sistem
pendinginan dua tahap untuk suhu rendah.
3) Propana;
merupakan komponen utama gas elpiji untuk memasak dan bahan baku senyawa
organik.
4) Butana;
berguna sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan baku karet sintesis.
5) Oktana; merupakan komponen utama bahan
bakar kendaraan bermotor, yaitu bensin.
·
Alkena, kegunaan :
1) Etena;
digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik polietena (PE).
2) Propena,
digunakan untuk membuat plastik polipropilena (PP), yaitu polimer untuk membuat
serat sintesis dan peralatan memasak.
·
Alkuna, kegunaan :
Etuna
(asetilena) yang sehari-hari dikenal sebagai gas karbit dihasilkan dari
batu karbit yang direaksikan dengan air:
CaC2
+ 2H2O Ca(OH)2 + C2H2
Gas karbit
jika dibakar akan menghasilkan suhu yang tinggi, sehingga dapat
digunakan
untuk mengelas dan memotong logam. Gas karbit sering pun digunakan untuk
mempercepat pematangan buah.
2.
MINYAK BUMI
a.
Pengertian
Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum,
dari bahasa Latin: petrus – karang dan oleum – minyak) dijuluki
juga sebagai emas hitam, adalah suatu cairan kental yang berwarna coklat
sampai hitam atau kehijauan, yang mudah terbakar dan berbau kurang sedap, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi merupakan campuran
kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon, baik senyawa alifatik, alisiklik,
dan aromatik yang sebagian terdiri atas alkana tetapi bervariasi dalam
penampilan, komposisi, dan kemurniannya, dengan sedikit senyawa nitrogen
(0,01-0,9%), belerang (0,1-7%), oksigen (0,06-0,4%) dan senyawa logam dalam
jumlah yang sangat kecil.
b.
Komponen-komponen Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran yang kompleks, yang
komponen terbesarnya adalah hidrokarbon. Komponen-komponen minyak bumi sebagai
berikut :
A. Golongan Alkana
Golongan alkana yang tidak bercabang terbanyak adalah
n–oktana, sedang alkana bercabang terbanyak adalah isooktana (2,2,4–trimetilpentana).
B. Golongan Sikloalkana
Golongan sikloalkana yang terdapat pada minyak bumi
adalah siklopentana dan sikloheksana.
C. Golongan Hidrokarbon
Aromatik
Golongan hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak
bumi adalah benzena.
D. Senyawa-senyawa Lain
Senyawa-senyawa mikro yang lain, seperti senyawa belerang
berkisar 0,01 – 7%, senyawa nitrogen berkisar 0,01 – 0,9%, senyawa oksigen
berkisar 0,06 – 0,4%, dan mengandung sedikit senyawa organologam yang
mengandung logam vanadium dan nikel. Sementara itu sumber energi yang lain,
yaitu gas alam memiliki komponen alkana suku rendah, yaitu metana, etana,
propana, dan butana. Sebagai komponen terbesarnya adalah metana. Dalam gas alam,
selain mengandung alkana, terkandung juga di dalamnya berbagai gas lain, yaitu
karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S),
meskipun beberapa sumur gas alam yang lain ada juga yang mengandung helium.
Dalam gas alam ini, metana digunakan sebagai bahan bakar, sumber hidrogen, dan
untuk pembuatan metanol. Etana yang ada dipisahkan untuk keperluan industri,
sedangkan propana dan butana juga dipisahkan, dan kemudian dicairkan untuk
bahan bakar yang dikenal dengan nama LPG (Liquid Petroleum Gas)
yang biasa digunakan untuk bahan bakar kompor gas rumah tangga.
c.
Pengolahan minyak bumi
Minyak mentah (crude oil) yang
diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat digunakan atau
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu karena minyak
bumi masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, khususnya
komponen utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek sampai
ke rantai C yang banyak/panjang, dan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.
Untuk menghilangkan
senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak mentah ditambahkan
asam dan basa. Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer
biasa, memiliki titik didih persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar
dari suhu yang sangat rendah sampai suhu yang sangat tinggi. Dalam hal ini,
titik didih hidrokarbon (alkana) meningkat dengan bertambahnya jumlah atom C
dalam molekulnya.
Dengan memperhatikan
perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak bumi, maka dilakukanlah
pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses distilasi
bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi (penyulingan)
dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai trayek titik
didih campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada
beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi.
Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa
tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat bahwa
minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawasenyawa yang
bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer dengan
titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah dilakukan
dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi
minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu.
a) Pengolahan tahap pertama (primary process)
Pengolahan tahap pertama
ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat, yaitu pemisahan minyak
bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih masingmasing fraksi.
Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup
yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu
makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah
naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga komponen
yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas.
Perhatikan diagram
fraksionasi minyak bumi berikut ini.
Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu
sebagai berikut :
1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini
dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi dengan titik
didih di bawah 30oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom
ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang
tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran. Gas yang dihasilkan pada tahap
ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung komponen utama
propana (C3H8) dan butana (C4H10),
dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)
dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini
dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90oC, masih berupa uap, dan akan
masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30oC – 90oC. Pada
trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar ke
penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan rantai
C5H12 – C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini
dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
175oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90oC
– 175oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke
penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14-C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi
dengan titik didih lebih kecil dari 200oC, masih berupa uap, dan
akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175oC-200oC.
Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta.
Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini
dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
dari 275oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 175oC-275oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak
tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin)
merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini
dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil dari 3750C, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 2500C-3750C. Pada trayek ini minyak
gas (minyak solar) akan mencair dan
keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan campuran
alkana dengan rantai C15H32–C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini
dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375oC, sehingga
akan terjadi penguapan. Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap
dan residu yang menguap. Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang
tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap
berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375oC.
Minyak pelumas (C16H34–C20H42)
digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44–C24H50)
untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74)
digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
b) Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua
merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit pengolahan tahapan pertama.
Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk mendapatkan dan menghasilkan
berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar minyak (non BBM)
dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen
atau pasar.
Pada pengolahan tahap
kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa pemecahan molekul
(proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi, alkilasi),
atau perubahan struktur molekul (proses reforming). Proses pengolahan lanjutan
dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia
Dalam proses ini, suatu
senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon lain melalui proses
kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini,
molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil
sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai
berikut:
• Perengkahan termal; yaitu proses
perengkahan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi saja.
• Perengkahan katalitik; yaitu proses
perengkahan dengan menggunakan panas dan katalisator untuk mengubah distilat
yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan karosin. Proses ini juga
akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
• Perengkahan dengan hidrogen
(hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang merupakan kombinasi perengkahan
termal dan katalitik dengan "menyuntikkan" hidrogen pada molekul
fraksi hidrokarbon tidak jenuh. Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi
dapat dihasilkan elpiji, nafta, kerosin, avtur, dan solar. Jumlah yang
diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik dibandingkan dengan proses
perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja. Selain itu, jumlah
residunya akan berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi merupakan suatu
proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara kimia menjadi
alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat dijadikan bensin
atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi merupakan
penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul tunggal yang
disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan molekul-molekul
hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa nafta ringan.
d) Reformasi
Proses ini dapat berupa
perengkahan termal ringan dari nafta untuk mendapatkan produk yang lebih mudah
menguap seperti olefin dengan angka oktan yang lebih tinggi. Di samping itu,
dapat pula berupa konversi katalitik komponen-komponen nafta untuk menghasilkan
aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini,
susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau mengurangi bagian
asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis bercabang yang
memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat diubah
menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini,
dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi minyak dalam
bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan
proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik
bila dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini,
fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point)
masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses pendinginan,
penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga,
dan berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang
telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan proses pengolahan
lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang merugikan seperti
persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap. Kontaminan ini harus
dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah liat, atau proses
hidrogenasi.
d.
Kegunaan minyak bumi
Berdasarkan jumlah atom C, maka minyak bumi
dapat dibagi menjadi fraksi-fraksi
dengan sifat berbeda (Tabel 7.8).
Tabel 7.8
Jumlah
atom C
|
Fraksi
|
Kegunaan
|
C1-C4
|
Gas
|
-
Bahan bakar elpiji
|
- Bahan baku sintesis senyawa organik
|
||
-Bahan bakar kendaraan bermotor
|
||
C5 – C10
|
Bensin
|
-Sintetis
senyawa organik
|
C6 – C10
|
Nafta
|
-Pembuatan
plastik, karet sintesis, deterjen, obat, cat, bahan pakaian, kosmetik
|
-Bahan bakar pesawat udara
|
||
C11 – C14
|
Kerosin
|
-
Bahan bakar kompor paraffin
|
C15 – C17
|
Minyak solar
|
-Bahan
bakar kendaraan bermesin diesel
|
-Bahan
bakar tungku industri
|
||
C18 – C20
|
Minyak pelumas
|
-
Digunakan untuk minyak pelumas
karena kekentalannya yang tinggi
|
> C20
|
Lilin
|
-Sebagai
lilin paraffin untuk membuat lilin, kertas pembungkus berlapis lilin, lilin
batik, korek api, dan semir sepatu
|
Bensin
Fraksi minyak bumi yang
paling banyak digunakan ialah bensin. Komponen utamanbensin yaitu n-heptana dan
isooktana.
CH3 -CH2 - CH2
- CH2 - CH2 - CH2 - CH3
n-heptana
2,2,4-trimetil pentana (isooktana)
Kualitas bensin dinyatakan dengan bilangan
oktan, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah isooktana dalam bensin. Bilangan
oktan ini menyatakan kemampuan bahan bakar dalam mengatasi ketukan (knocking)
saat terbakar dalam mesin. Semakin besar bilangan oktan, semakin tinggi
kualitas bensin. Sebagai pembanding, dapat dilihat dari nilai yang seharusnya
dimiliki oleh n-heptana dan isooktana:
• n-heptana diberi nilai oktan = 0, karena
zat ini menimbulkan knocking yang sangat
hebat.
• isooktana diberi nilai = 100, karena
menimbulkan sedikit knocking (tidak menimbulkan knocking).
Sampai saat ini terdapat
tiga jenis bensin, yaitu premix, premium, dan super TT. Premix (campuran
premium dengan zat aditif MTBE), mempunyai nilai oktan 94, berarti kualitas
bahan bakar setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n-heptana. Premium
mempunyai nilai oktan 80-85, sedangkan super TT mempunyai nilai oktan 98.
Bensin yang dihasilkan
dari proses distilasi biasanya masih mempunyai bilangan oktan yang rendah.
Untuk meningkatkan bilangan oktan, perlu ditambahkan zat aditif (zat anti
knocking), seperti:
• Tetra Ethyl Lead (TEL); mempunyai
rumus molekul Pb(C2H5)4. TEL biasanya digunakan dalam
bentuk campurannya yang disebut Ethyl Fluid, yaitu terdiri atas:
65% TEL, 25% 1,2-dibromoetana, 10%
1,2-dikloroetana. Adanya unsur Br dan Cl sangat penting untuk mencegah oksida
timbal menempel pada mesin, yaitu dengan membentuk timbal bromida PbBr2 yang
mudah menguap. Dengan demikian, semua
timbal akan keluar bersama asap kendaraan
bermotor lewat knalpot.
• Benzena; mempunyai rumus molekul C6H6.
• Etanol; mempunyai rumus molekul CH3
-CH2 - OH. Campuran bensin dengan etanol (9:1) lazim disebut gasohol.
• Tersier-butil alkohol; mempunyai
rumus molekul C4H9OH.
• Tersier-butil metil eter (MTBE = Metil
Tersier Butil Eter); mempunyai rumus molekul
C5OH12. Zat aditif
ini biasanya digunakan sebagai pengganti TEL, yaitu untuk menghindari adanya
timbal yang dapat mencemari udara.
Dampak pembakaran bensin
a. Penggunaan TEL
TEL mengandung logam
berat timbal (Pb) yang terbakar dan akan keluar bersama asap kendaraan bermotor
melalui knalpot. Hal ini menyebabkan pencemaran udara. Senyawa timbal merupakan
racun dengan ambang batas kecil, artinya pada konsentrasi kecil pun dapat
berakibat fatal.
Gejala yang
diakibatkannya, antara lain: tidak aktifnya pertumbuhan beberapa
enzim dalam tubuh, berat badan anak-anak
berkurang, perkembangan sistem syaraf
lambat, selera makan hilang, cepat lelah,
dan iritasi saluran pernapasan.
b. Pembakaran tidak sempurna
hidrokarbon
Pembakaran tidak sempurna dengan reaksi
sebagai berikut:
CxHy + O2(g) =>
C(s) + CO(g) + CO2(g) + H2O(g)
Menghasilkan:
• karbon (arang) yang berupa asap hitam
yang mengganggu pernapasan.
• gas karbonmonoksida yang merupakan gas
beracun yang tidak berbau, tidak berasap, tetapi dapat mematikan. Gas CO
memiliki kemampuan terikat kuat pada hemoglobin, suatu protein yang mengangkut
O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh. Daya ikat hemoglobin terhadap CO
dua ratus kali lebih kuat daripada terhadap O2. Jadi, jika kita
menghirup udara yang mengandung O2 dan CO, maka yang akan terikat
lebih dulu dengan hemoglobin ialah CO. Jika CO yang terikat terlampau banyak,
maka tubuh kita akan kekurangan O2 yang mempengaruhi proses
metabolisme sel. Kadar CO yang diperbolehkan ialah di bawah 100 ppm (0,01%).
Udara dengan kadar CO 100 ppm, dapat menyebabkan sakit kepala dan cepat lelah.
Udara dengan kadar CO 750 ppm, dapat menyebabkan kematian.
• gas karbondioksida menyebabkan perubahan
komposisi kimia lapisan udara dan mengakibatkan terbentuknya efek rumah kaca (treibhouse
effect), yang memberi kontribusi pada peningkatan suhu bumi.
c. Adanya belerang dalam
minyak bumi
Adanya belerang dalam minyak bumi, akan
terbakar menghasilkan belerang dioksida.
S + O2 => SO2
Gas belerang dioksida (SO2)
merupakan oksida asam yang dapat merusak zat hijau daun (klorofil), sehingga
mengganggu proses fotosintesis pada pohon. Apabila SO2 bercampur
dengan air hujan menyebabkan terjadinya hujan asam bersama-sama dengan NOx. NOx
sendiri secara umum dapat menumbuhkan sel-sel beracun dalam
tubuh mahluk hidup, serta meningkatkan
derajat keasaman tanah dan air jika bereaksi dengan SO2.
SUMBER
Utami, Budi. 2009. Kimia untuk kelas X SMA/MA . Jakarta : Pusat perbukuan Depdiknas.
Khamidinal. 2009. SMA/MA X Kimia . Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Permana,Irvan. 2009. Memahami Kimia kelas X SMA/MA . Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
\
Subscribe to:
Posts (Atom)