Thanks For Visiting My Blog
Kelopak Mawar yang Jatuh
“ Apapun,
aku relakan demi cintaku untukmu ”
Pagi
ini,matahari masih enggan-enggannya muncul dari balik peraduannya. Ayam jantan
masih bermalasan menyeruakkan suaranya nan merdu dan elok karena masih ingin
mengatupkan matanya untuk mencari makan siang terik nanti. Tiap pagi, kayuhan
sepeda tua dan usang itu selalu terdengar saat laki-laki muda itu menuju tempat
dimana ia menimba ilmu. Menyusuri jalanan dengan mengepakkan senyuman hangat
yang selalu ia kembangkan saat berpapasan dengan orang dijalan.
Namanya
tak asing lagi ditelingga anak-anak sekolah SMA Harapan Bangsa. Seseorang yang
sangat lekat dengan setumpuk kertas yang beradu jadi satu menjadi sebuah karya
dari berbagai ilmuwan di seluruh dunia yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi.
Setiap haripun buku itu selalu berganti cover dan judul. Ya, si aneh kutu buku
julukan dari teman sebayanya. Nama aslinya adalah Reza Aprianto. Seorang yang
selalu pendiam dan bergelut dengan buku-buku bacaan. Dia hanya makan dengan
sebuah buku tiap harinya, dengan kacamata kuda bejibun minus ia pake tiap hari.
Sebenarnya dia memiliki wajah yang rupawan menarik perhatian. Namun sayang
beribu sayang, tak ada satu gadis pun yang kecanthol dengan dia. Hingga Diaz
seorang gadis yang berparas cantik , namun tingkahnya yang liar menjadikan
nilai negatif bagi teman-temannya itu juga menolaknya karena penampilan Reza
yang seperti misterius. Diaz adalah satusatunya wanita yang selalu ia puja dan
bangga-banggakan. Sudah sekian lama Reza mencintai gadis itu, namun tiada
keberanian yang kuat untuk menyatakan cintanya itu kepada Diaz. Cinta suci,
penuh arti tersimpan dan tertata rapi jauh didalam lubuk hati Reza. Gadis yang
ia taksir sejak ia duduk dibangku kelas 1 SMP.
Bulan
Nopember,
Bel
tanda masuk pelajaran dimulaipun berdendang, seperti biasa Reza selalu
menyempatkan dirinya melirik sang pujaan hatinya Diaz di salah satu bangku yang
kebetulan sebangku dengannya. Reza selalu mendapatkan nilai tertinggi
dikelasnya sedangkan Diaz selalu mendapatkan nilai terendah dikelasnya. Hari
ini akan diadakan ulangan Biologi, sama sekali Diaz belum belajar. Dengan
segera dia pindah tempat duduk menuju tempat duduk kosong dekat Reza. Dengan
hati yang senang dan berbunga-bunga, Reza mempersilahkan sang bunga hatinya
untuk duduk di dekatnya.
“
Ulangan Bioologi nanti lo harus nyontekin gue! Kalau nggak, gue gapar lo! “ ,
kata Diaz
“Baiklah
saying, apapun gue lakukan demi lo”
Suara
tawa renyah seketika memenuhi seluruh isi kelas. HA..HA..HA
Pak
Tomo ,guru Biologi yang terkenal garangpun masuk dengan sumringah.
“Anak-anak,
keluarkan selembar kertas dan peralatan menulis kalian!”
Ulanganpun
dimulai. Dengan sigap Diaz terus-terusan menyontek jawaban Reza. Namun, Reza
tetap membiarkannya karena Diaz merupakan pujaan hati yang selama ini dia
tunggu. Seketika,
“ Diaz,
keluar kamu sekarang juga dari ruangan ini!”
“ Tapi
, Pak. Saya pengen tetap ikut ulangan ini ”
“ Diaz,
keluar kamu sekarang! “
“ Biar
saya saja yang keluar, Pak” , seru Reza membela
“ Apa
yang kamu lakukan Reza?”
“ Saya
rela demi apapun untuk Diaz”
Huuuuuuuuuuuuu..
Seruan sorakan pun terdengar memecah keheningan di dalam kelas.
“
Baiklah, kalian berdua yang harus keluar!”
Dengan
enteng, Diaz keluar kelas dan disusul Reza di belakangnya.
Bulan
Desember,
Bulan
pun berganti, Reza tidak akan pernah merobek kenangannya bersama Diaz di dalam
memori nya. Gadis yang ia cintainya. Seperti biasa, Diaz membuat ulah, pagi ini
dia sengaja mengumpulkan teman-teman se-geng nya untuk mengadakan tawuran
dengan SMA lain istirahat nanti. Pada awal pelajaran dimulai Diaz mbolos dan
lebih memilih makan di kantin.
Bel
waktu istirahatpun berbunyi, dengan segera Diaz mengajak teman-temannya keluar
sekolah dan siap untuk tawuran dengan siswa SMA lain. Tawuran pun berlangsung
dengan sengit. Tanpa Diaz sadari sejumlah guru dari SMA-nya berhasil mengetahui
dan memanggil Diaz menghadap Kepala Sekolah. Dan akhirnya, apa yang tidak ia
inginkanpun terjadi. Skorsing 1 minggu
Selama
skors Diaz berlangsung, Reza selalu ke rumahnya untuk membuatkan
catatan-catatan pelajaran untuk Diaz. Bahkan dengan setianya , Reza selalu
mengajari Diaz setiap dia selesai menyalinkan catatan untuk Diaz.
“ ngga
usah lo susah payah kayak gini buat gue! Ngga ada gunanya!”
“ aku
akan lakukan ini untuk mu, Aku sangat mencintaimu! “
“
Hahaha, Cuma karena cinta kamu rela seperti ini? Dasar Bodoh! Gue ngga akan nrima
lo seandainya lo nembak gue “
“ Tapi
Di, aku sangat mencintaimu “
Hari
yang tidak diharapkan Diaz pun berakhir hari ini. Skorsing telah berakhir,
senyumannya mengembang satu senti kekanan dan satu senti ke kiri. Dia kembali
duduk di bangku kelas yang sangat ia rindukan. Kali ini, Reza tampak canggung
melihat Diaz. Bukan malu ataupun hal lain, namun ia akan membuat strategi jitu
untuk meluluhkan hati sang gadis impiannya. Bunyi bel istirahat berdendang
memecahkan gendang telinga, Diaz duduk di sebuah bangku bercat putih di tengah
taman luas, asri indah dan permai di sekolahnya. Tempat favorit Diaz dan juga teman-temannya.
Dari balik tembok usang, Reza memperhatikan gadis itu dengan saksama dan penuh
kasih sayang. Hari ini, Reza merelakan untuk tidak membaca buku bacaannya yang
selalu menjadi teman bahkan makanan kesehariannya.
Dia
mencoba menulis sebuah untaian kata-kata yang terajut dalam sebuah kalimat
hingga menghasilkan suatu karya yang indah. Tulisan yang ia tulis dengan
sepenuh hati dengan memperhatikan wajah manis Diaz.
Seandainya kata bisa bicara
Lebih jelas dari hanya sekedar kata
Mungkin aku tak perlu lagi membuat puisi cinta untukmu
Maka izinkanlah goresan tinta
Bicara lebih banyak tentang apa yang tersimpan
Tentang rasa yang ada dalam dada
Aku merasa seperti menginjak bumi pertama kali
Saat bertemu denganmu
Rambut yang indah
Mata yang mempesona
Bibir yang manis
Sebuah kesan yang begitu menggoda darimu
Dan, rasa ini pun lahir
Yang tak bisa terbaca dengan kata-kata
Yang mengusik hati dan pikiran
Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh
Berbincang tentang apapun
Dan menertawakan hembusan angin yang selalu bersama
Tidakkah aku aneh bagimu?
Aku mencoba menebak rembulan
Pun meleset, setidaknya kudapatkan sepotong bintang
Seandainya cintaku hanya bertepuk sebelah tangan
Setidaknya aku telah jujur mengungkapkannya padamu
Dan, apapun aku relakan demi cintaku untukmu
Walaupun , sendainya kamu tidak menyadari ketulusan pengorbananku
|
Puisi
itu, akan Reza persembahkan untuk Diaz.
12 – 12 –
2012
Hari
ini, adalah hari libur semester gasal. Reza memiliki sebuah harapan dimana dia
akan menyatakan cintanya untuk Diaz. Pagi buta, dia sudah bangun untuk membuka
kembali puisi yang telah ia rangkai dengan lembut tulusnya. Di masukkannya
tulisan itu di dalam sebuah kotak kecil berbentuk hati berwarna merah muda. Ia
kayuh sepeda tua usangnya dan kemudian mengarah ke sebuah toko dimana tercium
wewangian semerbak yang membikin hati siapa saja dapat menikmati sebuah
ketentraman dalam hati baik yang sedang dilanda kegembiraan maupun kegalauan.
Setangkai
bunga mawar merah segar yang Reza pilih untuk sebuah tanda cintanya untuk Diaz.
Sebuah tanda pengorbanan yang ia berikan untuk Diaz calon kekasih hatinya.
Kemudian , dia arahkan kayuhan sepeda tua menuju salah satu toko aksesoris. Dia
akan membelikan Diaz sebuah pengikat rambut yang cantik nan lucu. “ Diaz ,
semoga kau tidak melihat pemberianku ini dari nilainya. Namun kamu harus
melihat pemberianku ini dari ketulusan hatiku saat aku memberikannya untukmu.
Sebuah penjerat rambut ini aku lukiskan menjadi sebuah benda yang akan selalu
kamu kenakan saat kita akan berkencan nanti “ , sederet ucapan dari hati Reza.
Sebuah jepit rambut berwarna biru dengan hiasan seekor kupu-kupu plastic kecil
yang menambah cantik penampilannya.
Reza
bergegas kembali ke rumah untuk memoles dirinya. Ia kenakan kemeja
kesayangannya pemberian dari neneknya saat ia masih duduk di bangku kelas 3
SMP. Sudah lama ia tidak kenakan kemeja itu karena ngga ada satu alasanpun
agardia memakainya. Dengan celana jeans hitam yang using pula ia pakai. Ia
sisir rambut hitam lurusnya dengan rapi. Berulang kali ia mematutkan diri di
depan cermin. Ia sangat yakin Diaz akan menerima cintanya nanti.
Matahari
terik menyengat kulit setiap otang yang ada di bawahnya. Reza mengayuh kembali
sepeda tuanya. Perasaan Reza kini menjadi bercampur aduk menjadi satu. Seorang
Reza yang awalnya terlihat misterius dengan santapan buku setiap detiknya, kini
berubah menjadi Reza yang memiliki wajah yang tampan , tinggi , putih dan maco.
Beberapa langkah lagi dia akan sampai di rumah Diaz. Sesampainya di depan pintu
gerbang perumahan Diaz, ia berhenti sesaat untuk memantapkan hatinya. Disapanya
satpam penjaga pintu dengan wajah rupawannya.
Tiba-tiba,
Hitam.. gelap .. pekat.. sakit.. semuanya berubah menjadi menyeramkan. Suasana
itu begitu membuatku takut, membuat air mataku tumpah. Keadaan yang tadinya
cerah berubah menjadi mendengung dengan petir yang membuat semua orang merasa
tegang. Pandanganya seolah-olah kabur dan lamat-lama ia perhatikan sebuah truck dengan kecepatan tinggi
menghantam tubuhnya hingga sepeda tua kesayangannya remuk dan hancur
berkeping-keping. Tubuhnya terpelanting hingga depan rumah Diaz. Kepalanya
terbentur aspal cukup keras.
Diaz
lari menghampiri tubuh Reza yang penuh dengan darah yang mengalir dari belakang
kepalanya. Wajahnya penuh dengan darah dan luka yang menyayat seluruh pipinya.
Wajah tampan Reza berubah menjadi memprihatinkan an menyedihkan. Air matapun
jatuh dari matanya yang cantik itu. Air mata hangat dan penuh penyesalan
meluncur bebas , mengalir dari pipi Diaz. Ia memeluk erat tubuh Reza yang
bersimbah darah dan lemas itu. Banyak orang yang tengah datang menghampiri
mereka berdua.
“
Rezaaaaaaaaaaaaa, maafkan aku “ sebuah kalimat penyesalan yang membuat seluruh
orang yang menyaksikannya ikut meneteskan sebuah air mata duka.
Diaz
baru menyadari adanya sebuah bingkisan
berwarna merah muda dan setangkai mawar merah tergenggam erat di tangan Reza.
Di dalamnya terdapat sebuah kotak persegi biru kecil dan kotak berbentuk hati berwarna merah muda.
Perlahan-lahan ia buka kotak demi kotak dengan hati-hati. Ia temukan sebuah
jepit rambut berwarna biru dan secarik puisi di dalam masing-masing kotak. Ia
baca kata demi kata, kalimat demi kalimat serta bait demi bait puisi yang
menggambarkan perasaan hati Reza kepada Diaz. Air mata Diaz kembali mengalir
deras membanjiri pipinya. Ia menyesal telah menghiraukan Reza bahkan pernah ia
mencaci-maki Reza. Ia telah menyia-nyiakan pengorbanan yang telah Reza berikan
untuknya. Pengorbanan demi cintanya untuk Diaz, pengorbanan yang tulus keluar
dari lubuk hati seorang kutu buku bernama Reza. Ia pungut kembali setangkai
mawar merah itu. Diaz kecup mawar merah itu. Sebuah kelopak mawar yang jatuh
membuat air mata Diaz untuk kesekian kalianya mengalir , kini hati Diaz hancur
lebur dan jatuh bersama kelopak mawar itu. Ia peluk dan dekap erat tubuh Reza
yang lemas itu. “ Apapun, aku relakan demi cintaku untukmu ” sebuah kalimat yang hingga kini masih
terngiang-ngiang di dalam pikiran Diaz. Sebuah kalimat yang tercantum dalam
puisi yang telah Reza tuliskan untuk Diaz.
Tangisan penuh penyesalan yang hanya dapat ia perlihatkan untuk Reza.
Air mata penuh dosa yang hanya bisa mengalir di depan jasad orang yang telah
memberiak suci tulus cintanya, sebongkah pengorbanan untuknya dan kini semuanya
telah berakhir bersama dengan kepergian Reza.
Note“Kelopak mawar
yang telah jatuh selamanya tidak akan kembali lagi bersatu dengan badan
mawarnya. Sama halnya dengan sebuah kisah cinta yang telah terukir manis dalam
sebuah tulisan saya. Segala sesuatu yang telah kita sia-siakan selamanya tidak
akan pernah kembali untuk kita peroleh kembali. “
Dini Rusnia Astari
X6 / 12
ALWAYS REMEMBER : http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com
terharu saya bacanya :'')
ReplyDelete