Thanks For Visiting My Blog
Petualangan Aira
“Halo, selamat pagi!“
Sang mentari menyapa
dengan ramah. Sinarnya yang keemasan perlahan-lahan mulai mengelus wajah bumi.
Penghuni bumi mulai merasakan kehangatannya.
“Ah…… segarnya pagi
ini.” Aira terbangun dari tidurnya dengan wajah berseri –seri.
“Selamat pagi Embuni!
Selamat pagi Kupu-kupu“, sapanya dengan ramah.
Aira adalah setetes
air. Ia bertengger di atas sehelai daun melati.
“Aira, hari ini kamu
lebih cerah dari biasanya,” kata Kupu-kupu.
“Apakah kesedihanmu
sudah hilang? Apa obatnya?“ Tanya Embuni.
“Aku tidak bersedih
lagi. Hari ini Ibu akan mengajakku untuk melihat dunia dan menunjukkan kepadaku
betapa berartinya aku.”
Kemarin, Aira
bersedih. Ia merasa tidak berarti. Ia tidak seperti Lebah yang menghasilkan
madu.. Ia tidak bisa terbang. Ia juga tidak seperti bunga yang berbau harum. Ia
hanyalah setetes air yang akan lenyap bila terkena panas matahari. Hal inilah
yang mengganggu pikirannya berhari – hari, sehingga ia selalu nampak murung.
Namun, hari ini ia gembira karena ibunya akan mengajaknya memulai petualangan
baru.
“Kapan kita mulai
berpetualang, Bu?” tanyanya tak sabar kepada Ibunya.
“Sebentar lagi. Kita
tunggu sampai sinar matahari mengenai tubuhmu.“ “Tapi Bu, Bukankah tubuh kita
bila kena sinar matahari akan lenyap? Lalu…..?”
“Sabarlah! Nanti akan
ibu ceritakan“ kata Ibunya dengan senyum penuh arti.
Saat yang dinantikan
tiba. Perlahan sinar Sang Surya mulai menyentuh tubuh Aira. Aneh! Tubuhnya
terasa sangat ringan!
“Ibu, mengapa tubuhku
sangat ringan?“
“Anakku, karena
terkena panas tubuh kita berubah bentuk menjadi uap air. Coba rasakan! Tubuhmu
ringan bukan?”
“Betul, Bu! Hei, lihat
aku terbang! Aku melayang“ Aira berteriak kegirangan. Ia tidak pernah
membayangkan bisa terbang seperti kupu-kupu.
“Tubuhmu melayang
karena terbawa angin“ Aira merasakan tubuhnya semakin ringan dan melayang.
Semakin tinggi dan tinggi.
“Ibu, kita akan
kemana?“
“Anakku, kau lihat
gumpalan awan putih itu?”
“Yang seperti kapas,
Bu? Wow, indah sekali!”
“Mereka adalah
sekumpulan saudara-saudaramu. Ke sanalah kita akan bergabung“ Dengan senang
hati Aira mengikuti Ibunya bergabung dengan saudara-saudaranya lain. membentuk
awan putih. Tak henti-hentinya ia menyanyi.
Kemudian bersama-sama
saudaranya yang lain Aira melanjutkan perjalanan. Mereka melayari langit biru,
melintasi puncak gunung dan bukit. Dari ketinggian angkasa Aira menyaksikan
bumi yang elok mempesona. Sawah menghijau seperti hamparan permadani berlapis
berlian yang berkilau. Sungai meliuk –liuk seperti
ular. Ketika mereka berada di atas gunung, Aira merasakan gumpalan
itu semakin berat. Aira kedinginan karena angin bertiup kencang. Awan berubah
menjadi hitam.
“Ibu, aku takut!“
“Tenang, anakku! Sebentar
lagi kita akan turun membasahi bumi.”
“Bagaimana caranya?
“ Angin kencang akan
menerbangkan kita. Kemudian kita semua akan turun serempak. Manusia menamai
kita hujan“ Belum selesai Ibunya berbicara, mereka dengan cepat dan serempak
turun di bumi.
“Wow, asyik Bu!
Seperti main dengan papan luncur,” Aira tertawa kegirangan. Wajahnya bertambah
ceria ketika melihat Pak Tani menyambut kedatangan hujan dengan gembira.
Rupanya kedatangan mereka sudah dinantikan. Aira mendengar mereka berkata:
“Hujan turun. Sudah
tiba saatnya bagi kita untuk menanam.”
“Ya, dengan turunnya
hujan sawah kita tidak kering lagi.”
Aira senang mendengar
perkataan itu. Rupanya dirinya dapat menyuburkan tanah Pak Tani.
Perjalanan Aira
berlanjut. Kali ini ia tiba di atas rumah yang mungil. Seorang anak perempuan
berteriak, “Mama,hujan turun. Tidak lama lagi bunga - bunga kita akan mekar!“
suara itu terdengar ketika Aira berada di atas tanah.
Dengan tersenyum Aira
merasakan kegembiraaan anak itu. Sebelum meresap ke dalam tanah sekali lagi ia
menatap wajah anak itu. Wajah anak perempuan itu berseri ketika mengamati
bunga-bunga di taman yang baru kuncup.
Tidak lama kemudian
Aira melewati lorong yang gelap dan lembek.
“Bu, tempat apa ini?“
“Anakku, kita meresap
ke dalam tanah. Sebentar lagi kita akan keluar dan menjadi mata air.”
Aira mengikuti
rombongan ibunya dengan seribu pertanyaan. Pengalaman apa lagi yang ia alami?
Setelah melalui
perjalanan panjang, akhirnya Aira melihat setitik cahaya. Ia dan keluarganya
menuju ke arah cahaya itu. Tak lama kemudian mereka menerobos cahaya dan hei..
apakah itu? Aira heran karena setelah keluar dari tanah mereka berkumpul dengan
rombongan air lainnya. Mereka sangat banyak dan menempati kolam yang sangat
luas dan panjang serta berkelok-kelok.
“Aira, disinilah
keluarga kita, keluarga air, bertemu. Ini adalah sungai.”
“Apakah keluarga kita
disini semua, Bu? Perjalanan berhenti sampai disini?”
“Tidak, anakku.
Keluarga besar kita berpencar. Ada yang di sumur, ada yang di danau dan di
tempat lainnya. Mari kita lanjutkan petualangan kita“ Aira melanjutkan
petualangannya. Ia menjadi air sungai. Mengalir menuruni punggung gunung. Ia
rasakan hawa sejuk pegunungan. Ia rasakan kecipak air akibat gerakan ikan-ikan
yang berenang disekitarnya. Ia rasakan kaki-kaki anak kecil yang berenang dan
mandi dengan airnya. Ia dengarkan sendau gurau para ibu yang mencuci sayuran di
atas permukaannya. Wah, banyak lagi yang ia rasakan dan saksikan! Betapa
bahagianya Aira!
“Ibu, aku sangat
senang sekarang. Ternyata aku sangat berarti. Banyak orang yang membutuhkan
kehadiranku.”
“Syukurlah, anakku.
Jadi mulai saat ini janganlah berkecil hati. Sekecil apapun kita, selemah
apapun kita, kita masih dapat berguna bagi orang lain, selama kita melakukan
tugas kita dengan sungguh-sungguh.“ “Terimakasih, Ibu. Banyak pengalaman dan
pelajaran yang kuterima hari ini! “Dengan sukacita Aira melanjutkan perjalanan
hidupnya.
Teman – teman ingin
bertemu dan berkenalan dengan Aira? Bangunlah pagi-pagi dan temukanlah ia di
balik dedaunan! Mungkin ia disana. Atau mungkin ia mengalir dengan riang di
sepanjang sungai yang mengalir di belakang rumahmu. Sampaikan salam padanya dan
jangan lupa berilah ucapan terimakasih kepadanya karena sudah menghidupi bumi.
Berjanjilah untuk tetap menjaga kelestarian alam yang sangat dicintainya.
Niscaya, ia akan menyambutmu dengan senyum yang paling cantik. Dan ia merasa
berbahagia.
Oleh: Marmini
Estiningsih [mar_minik @yahoo .com]
ALWAYS REMEMBER : http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com
No comments:
Post a Comment