Pages

Social Icons

Beranda

Monday 10 December 2012

Sejarah : Pemerintahan Indonesia Sejak Proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin

Terimakasih Atas Kunjungannya :-)
Thanks For Visit My Blog


BAHAN ULANGAN KELAS XI IPA
BAB I
PEMERINTAHAN INDONESIA SEJAK PROKLAMASI
HINGGA DEMOKRASI TERPIMPIN
Permusuhan dengan bangsa Indonesia. Tindakan Jepang antara
lain memperkenankan bendera merah putih berkibar di kantor-
kantor dan berjajar dengan bendera jepang. Selain itu pada tanggal 1 Maret 1945, Kumakici Harada membentuk Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai). Dengan janji tersebut diharapkan rakyat Indonesia tetap bersedia membantu Jepang
dalam perang Asia Timur Raya melawan Sekutu.
    Sebagai ketua BPUPKI adalah  KRT Dr Rajiman Widyodiningrat
 dibantu oleh RP Suroso dan Ichi Bangase (Jepang) jumlah
anggotanya 67 orang, tujuh orang Jepang, tetapi mreka tidak
punya hak suara. BPUPKI dilantik tanggal 28 Mei 1945 dengan
tugas :
1) menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan penting
     tentang ekonomi, politik dan tata pemerintahan sebagai    
     persiapan kemerdekaan Indonesia.

2) Menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.
     Untuk melaksanakan tugasnya BPUPKI melaksanakan sidang   sebagai berikut :
     a) Sidang BPUPKI I tangga 29 Mei – 1 Juni 1945
          Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang BPUPKI tersebut,
          Moh. Yamin mengemukakan pidatonya yang berjudul “Asas
          dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yang
          meliputi lima asas antara lain :
          (1) peri kebangsaan
          (2) peri kemanusiaan
          (3) peri ketuhanan
          (4) peri kerakyatan
          (5) kesejahteraan rakyat
     Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof Dr Supomo mengajukan lima rancangan dasar negara Indonesia merdeka
yaitu :
              a. Persatuan
              b. Kekeluargaan
              c.  Mufakat dan Demokrasi
              d.  Musyawarah
              e.  Keadilan sosial
   
      Kemudian Ir Soekarno pada tanggal  1 Juni 1945      menyampaikan pidatonya yang berjudul “Dasar Indonesia Merdeka” yang oleh ahli bahasa dinamakan pancasila antara lain:
          (1)  kebangsaan Indonesia
          (2)  internasionalisme atau peri kemanusiaan
          (3)  mufakat atau demokrasi
          (4)  kesejahteraan sosial
          (5)  ketuhanan yang Maha Esa
 

 Setelah masa sidang BPUPKI tahap pertama selesai masa reses, sambil menunggu sidang berikutnya, anggota BPUPKI
membentuk “panitia kecil” yang terdiri dari :
          (1)   Ir. Soekarno                          (7)   Abdul Kahar Muzakir
          (2)   Moh. Hatta                           (8)   Wahid Hasyim
          (3)   Ahmad Soebardjo                (9)   Moh. Yamin
          (4)   A.A. Maramis
          (5)   K.H. Agus Salim
          (6)   Abikusno Cokrosuyoso
      Setelah sidang BPUPKI I selesai, maka anggota BPUPKI yang lain meninggalkan kota Jakarta, sedangkan panitia kecil bekerja
keras untuk menyumbangkan sesuatu yang penting kepada negara.  Panitia kecil mengadakan rapat pada tanggal 22 Juni 1945 yang menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan
Indonesia Merdeka yang disebut dengan “Piagam Jakarta”.
Dasar filsafat dalam piagam Jakarta sebagai berikut :
   


              a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
                  syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya.
              b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
              c. Persatuan Indonesia
              d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
                   dalam permusyawaratan / perwakilan
              e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
     Piagam Jakarta kemudian menjadi mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disertai perubahan pada sila pertama,
yaitu dari “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi para pemeluk- pemeluknya “  menjadi  “Ketuhanan Yang  Maha Esa “.
 Perubahan seperti ini disesuaikan dengan keadaan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam agama.
        b) Sidang BPUPKI  II tanggal 10-17 Juli 1945
     Sidang BPUPKI  II ini membahas rancangan UUD dan Pembukaan UUD . Untuk tugas ini dibentuk panitia perancang
yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang anggotanya 18 orang. Selain dibentuk panitia kecil yang diketuai oleh Mr. Soepomo dengan menjalankan tugas merancang UUD. Pada tanggal 14
Juli 1945, Panitia Perancang yang diketuai Ir. Soekarno melaporkan hasil pekerjaanya sebagai berikut :
(1) Pernyataan Indonesia merdeka
(2) Pembukaan UUD yang akan diambil dari piagam Jakarta
(3) Batang tubuh.
     Setelah selesai sidang BPUPKI  II, maka pada tanggal  7  Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan PPKI .

b. PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) /Dokuritsu Junbi  Inkai
     PPKI dibentuk oleh Jepang tanggal 7 Agustus 1945 , anggotanya
   
 
Berjumlah 21 orang yang meliputi wakil-wakil dari seluruh Indonesia. Selanjutnya tanpa izin dari penguasa Jepang anggota
PPKI ditambah 7 orang, sehingga menjadi 28 orang. Dengan
demikian PPKI secara tidak langsung telah diambil alih oleh
pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia.
     Pada saat kota Hirosima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh
sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945, maka
Jepang akan segera mewujudkan janjinya kepada bangsa Indonesia yaitu memberikan kemerdekaan. Untuk itu, pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs Moh. Hatta, Dr Rajiman
Widyodiningrat dipanggil ke Dalath, Saigon Vietnam oleh
Marsekal Terauci Untuk menerima pengumuman yang berisi
tentang “Pemberian Kemerdekaan  bagi Indonesia mengenai
Pelaksanaanya diserahkan kepada bangsa Indonesia”.
HIROSIMA DAN NAGASAKI DIJATUHI BOM ATOM SEKUTU
B. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
    1. Peristiwa Rengasdengklok
     Pada tanggal 14 Agustus 1945, pasukan jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita ini diketahui kalngan pemuda
tanggal 15 Agustus 1945 melalui siaran berita BBC  (British
Broadcasting Corporation ) di London.
     Para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baru segera
mengadakan pertemuan setelah mendengar berita kekalahan
Jepang. Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 08.00 malam, para
pemuda berkumpul di ruang belakang laboratorium bakteriologi
jalan Pegangsaan Timur No.13 Jakarta di bawah pimpinan Chaerul Saleh. Para pemuda sepakat , bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan tanggung jawab bangsa Indonesia
yang tidak tergantung pada negara lain.

     Segala ikatan dan hubungan janji kemerdekaan dari Jepang
harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan
dalam pernyataan proklamasi.
     Keputusan rapat disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada
pada pukul 22.30 kepada Ir.Soekarno di rumahnya, Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Dengan harapan, Ir.Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa menunggu hadiah  dan intervensi dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika
Ir.Soekarno tidak menyatakan proklamasi kemerdekaan keesokan harinya. Tuntutan ini menimbulkan ketegangan,
Ir. Soekarno marah dan berkata, “Ini leher saya seretlah saya ke
pojok itu dan sudahilah nyawa saya malam ini juga,jangan sampai besok. Saya tidak bisa melepaskan tanggung jawab saya”.
Sebagai ketua PPKI. Karena itu, saya tanyakan kepada wakil-wakil  PPKI besok”. Ketegangan ini disaksikan golongan tua yang lain, seperti Drs.Moh.Hatta, dr.Buntaran,dr.Samsi, Mr.Ahmad Soebarjo dan Iwa Kusumasumantri. Utusan itu menjawab, “ Kalau begitu pendirian Saudara, kami pemuda-pemuda tidak bertanggung jawab, jika besok siang proklamasi   belum diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak
  sesuai dengan yang dikehendaki saudara”.
     Sekitar pukul 24.00,kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir.Soekarno. Mereka melaporkan kejadian ini pada golongan pemuda yang lain. Menanggapi hal ini, golongan muda mengadakan
 rapat dini hari tanggall 16 Agustus 1945 di asrama
Baperpi, jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat juga dihadiri Soekarni,
Yusuf Kunto, dr Moewardi dari Barisan Pelopor dan shudanco
Singgih dari Daidan Peta Jakarta. Rapat ini memutuskan
“menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs.Moh.Hatta keluar kota dengan

Tujuan untuk menjauhkan segala pengaruh Jepang” Untuk menghindari kecurigaan dari pihak Jepang. Shudanco Singgihmendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan rencana
tersebut dibantu oleh Soekarni dan yusuf Kunto.
     Rencana itu berjalan lancar karena mendapatkan dukungan perlengkapan tentara peta dari Cudanco Latief Hendraningrat yang pada saat itu menggantikan Daidanco Kasman Singodimejo yang sedang bertugas di Bandung. Pada tanggal 16 Agustus 1945  pukul 04.30, sekelompok pemuda membawa Ir. Soekarno dan Drs
Moh.Hatta keluar kota menuju Rengasdengklok, sebuah kota
kawedanan di pantai utara kabupaten Karawang.  Agar jauh dari
pengaruh pendudukan Jepang. Rengasdengklok dipilih karena
berada jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon. Disamping itu,
mereka dengan mudah mengawasi tentara Jepang yang hendak
datang ke Rengasdengklok.
     Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok sehari penuh, dengan
Rumah seorang keturunan Tiong Hoa Jo Ki Song ,yang dijadikan
Markas Kedudukan Cudan(kompi)tentara peta Rengasdengklok
dengan komandanya Cudanco Subeno.
     Sehari penuh Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok.
Namun dalam pembicaraan, pada akhirnya Ir. Soekarno bersedia
menyatakan Proklamasi setelah mereka kembali dari Jakarta.
    Pada tengah hari Singgih kembali ke Jakarta untuk
menyampaikan berita tersebut kepada kawan-kawanya.
    Sedangkan di Jakarta Ahmad Soebarjo dan Wikana telah
tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi akan dilaksanakan di
Jakarta dan nyawanya menjadi  taruhanya. Laksamana Tadashi Maeda juga memberikan jaminan keselamatan di  rumahnya      
aman dipakai sebagai tempat perumusan Proklamasi.
     Pada pukul 16.00 Ahmad Subarjo diantar Yusuf Kunto
menjemput Ir. Soekarno dan Drs Moh. Hatta yang berada di
Rengasdengklok. Rombongan tiba di Jakarta pukul 17.30.
TEMPAT PENGASINGAN SOEKARNO-HATTA DI RENGASDENGKLOK
2. Perumusan Teks Proklamasi
     Rombongan tiba di Jakarta pada pukul 23.30, kemudian menuju rumah Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol no. 1
Jakarta. Hal ini disebabkan laksamana Maeda telah menyampaikan kepada  Ahmad Subarjo bahwa Ia menjamin keselamatan
mereka selama berada di rumahnya, dari kemungkinan serangan Angkatan darat Jepang.
     Sebelum mereka  memulai merumuskan naskah proklamasi
terlebih dahulu menemui Somubuco(Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jendral Nishimura untuk menjajaki sikapnya mengenai Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan tidak mencapai
kata sepakat . Nishimura menegaskan bahwa Jepang diberi tanggung jawab penuh untuk mempertahankan status quo yang
kemudian diserahkan kepada sekutu. Dengan demikian,  Proklamasi dilaksanakan lepas dari campur tangan Jepang.
Akhirnya, mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak
                       
Menghalangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan
oleh rakyat Indonesia sendiri. Pada akhirnya mereka kembali ke
rumah laksamana Maeda.
     Naskah Proklamasi dirumuskan  tiga tokoh golongan tua,yaitu
Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo. Peristiwa itu
disaksikan oleh Miyoshi sebagai kepercayaan Nishimura, bersama  tokoh pemuda Sukarni, Sudiro dan B.M.Diah, Sayuti Melik.
Sementara itu, tokoh-tokoh lainya, baik golongan muda maupun
golongan tua di serambi depan.
     Ir.Soekarno menuliskan konsep naskah proklamasi, sedangkan
Drs. Moh.Hatta dan Ahmad Subarjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Pada pukul 04.30 konsep naskah proklamasi telah selesai disusun. Selanjutnya mereka menuju ke serambi depan
menemui hadirin yang menunggu.  Ir Soekarno membacakan
konsep naskah proklamasi . Ir. Soekarno meminta kepada seluruh hadirin  untuk menandatangani naskah Proklamasi selaku
Wakil-wakil bangsa Indonesia. Usulan ini ditentang oleh tokoh
pemuda. Karena sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir dianggap
“kepanjangan tangan” dari Jepang. Selanjutnya Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani adalah Soekarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Setelah naskah disetujui, kemudian
diketik oleh Sayuti Melik disertai perubahan-perubahan. Ada tiga
perubahan, yaitu kata” tempoh” diganti dengan” tempo”, sedangkan
“wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan” atas nama bangsa
Indonesia”. Cara menuliskan tanggal juga berubah, yaitu” Djakarta,
17-8-05” menjadi "Djakarta, hari” 17 boelan 8 tahoen 05”. Kemudian,
timbul persoalan tempat Proklamasi akan diselenggarakan. Sukarni mengusulkan lapangan Ikada. Tetapi, lapangan Ikada tempat umum rawan terjadinya bentrokan baik kepada rakyat maupun
  pendudukan militer Jepang. Ir. Soekarno mengusulkan
 dilaksanakan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.
NASKAH  PROKLAMASI TULISAN TANGAN Ir. SOEKARNO
NASKAH PROKLAMASI KETIKAN SAYUTI MELIK
2. Pelaksanaan Proklamasi
     Pada pukul 05.00 tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin
bangsa Indonesia dari golongan tua dan golongan muda keluar
dari rumah. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah
berhasil merumuskan naskah proklamasi.  Mereka telah sepakat
untuk memproklamasikan tepat pukul 10.00. Sebelum pulang,
Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers,terutama B.M Diah untuk memperbanyak
teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia.
     Pagi hari itu, rumah Ir.Soekarno dipadati oleh massa yang
berbaris dengan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan Proklamasi, dr Muwardi(kepala keamanan Ir. Soekarno meminta kepada Cudanco Latif Hendraningrat untuk
menugaskan anak buahnya berjaga-jaga di sekitar rumah
Ir. Soekarno.
     Menjelang pukul 10.30, para pemimpin bangsa Indonesia
Telah berdatangan ke jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta,
antara lain Mr.A.A.Maramis, Ki Hajar Dewantoro, Sam Ratulangi,
K.H.Mas Mansur, Mr. Sartono. M. Tabrani dan A.G Pringgodigdo.
Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai
berikut :
               a. Pembacaan Proklamasi
               b. Pengibaran Bendera Merah Putih
               c. Sambutan Walikota Suwiryo dan Dr.Muwardi
Pengibaran bendera merah putih oleh Suhud dan Latif Hendraningrat. Diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
      3. Penyebarluasan Berita Proklamasi
     berita Proklamasi yang meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia, bahkan seluruh dunia. Dalam usaha menyiarkan berita proklamsi ke seluruh dunia, teks proklamasi berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemberitaan Jepang Domei
PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI
Para pejuang yang berada di kantor tersebut di antaranya Adam
Malik, Rinto Alwi, Asa Bafaqih, Marconis Wuz dan P.Lubis. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 18.30 WIB. Wartawan kantor berita Syarifudin berhasil memasuki gedung siaran radio Hoso
Kanri Kyoku(RRI) untuk menyampaikan teks Proklamasi. Para pejuang seperti Yusuf Ronodipuro, bachtiar Lubis dan Suprapto
berhasil menyiarkan berita proklamasi pada pukul 19.00 WIB.
     Disamping itu, para wartawan sangat besar perananya dalam
menyiarkan  berita proklamasi melalui surat kabar, diantaranya
Suara Asia yang terbit di Surabaya dan Cahaya yang terbit di Bandung. Di lain pihak pemerintah RI menugaskan kepada para
yang telah diangkat pada tanggal 2 September 1945 untuk kembali ke daerah masing-masing guna menyampaikan berita
Proklamasi di wilayahnya. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:
 1. Teuku Moh. Hassan untuk daerah Sumatra
 2. Sam Ratulangi untuk Sulawesi
3. Ketut Puja untuk Nusa Tenggara
4. P.Moh. Noer untuk daerah Kalimantan

Makna Proklamasi Republik Indonesia:
1. Lahirnya negara dan bangsa Indonesia
2. Sebagai puncak pergerakan anti penjajahan
3. Dimulainya revolusi Indonesia sebab dengan proklamasi akan
    terjadi perubahan pemindahan kekuasaan dari penjajah ke
    pemerintahan bangsa Indonesia sendiri.
4. Sebagai sumber hukum sebab dengan proklamasi berakhirlah
    hukum kolonial dan lahirlah hukum nasional.

3. Sambutan Terhadap Adanya Proklamasi
     Sambutan Proklamasi di ibukota
     Para Pemuda mulai membentuk barisan-barisan muda untuk
mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Para pemuda yang
tergabung dalam komite Van Aksi mengadakan pengerahan massa
Untuk rapat raksasa menyambut  Proklamasi di lapangan Ikada
Jakarta pada tanggal 19 September 1945. Kehadiran Soekarno yang memberikan pidato secara singkat Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia disambut oleh rakyat. Melihat gejala tersebut Jepang
melarang dengan menjaga ketat, maka presiden Soekarno menyampaikan pesan agar rakyat percaya kepada pimpinan dan
pulang ke rumah masing-masing secara tertib.

     Sambutan Proklamasi di berbagai daerah di Indonesia
1. Di Jawa Tengah, berita proklamasi diterima melalui radio            Domei, sementara itu Syarief Sulaiman dan MS.Mintarjo      membawanya ke gedung Jawa Hokokai yang pada saat itu sedang
dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Dalam sidang itu dibacakan teks Proklamasi serta menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan menyerukan “Hidup Bung Karno” dan
“Hidup Bung Hatta” serta “Hidup Bangsa Indonesia”. Dengan demikian
Berita proklamasi disiarkan melalui radio Semarang pada tanggal 19 Agustus 1945.
2. “Peristiwa Tiga Daerah”(Brebes, Pekalongan, Tegal). Sambutan
Proklamasi di tiga daerah tersebut diwarnai oleh keributan rakyat
terhadap pegawai pamong praja dan pegawai pemerintahan,
sebab mereka dianggap sebagai alat Jepang. Peristiwa ini salah
penafsiran yang merugikan bangsa Indonesia.
3. Di Medan berita proklamasi dibawa Teuku Muhammad Hasan dan rakyat menyambutnya dengan membentuk Barisan Pemuda
Indonesia di bawah pimpinan Ahmad Tahir, yang kemudian mengambil alih gedung pemerintahan dan menyerang Jepang pada tanggal 4 Oktober 1945 dengan semangat juangnya.
4. Di Gorontalo penyambutan Proklamasi dengan merebut kekuasaan dari tangan Jepang dan menyita berbagai senjata milik
Jepang.
5. Di Sulawesi Utara para pemuda yang tergabung dalam pasukan
Pemuda Indonesia mengadakan gerakan Tangsi Putih dan Tangsi
Hitam di Teling Menado untuk membebaskan tawanan yang pro
Republik Indonesia.
6. Insiden Bendera 19 September 1945. Peristiwa ini terjadi di
hotel Yamato, yang berpangkal pada tindakan beberapa orang
Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru, hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Rakyat menyerbu hotel tersebut untuk menurunkan bendera serta merobek warna
biru dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
BAB II
Oleh karena itu, Ir.Soekarno hanya mengumumkan 6 anggota baru, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantoro, Mr.Kasman
Singodimejo, Sayuti Melik, Mr.Iwa Kusuma Sumantri, dan Mr.Ahmad Subarjo. Adapun, rapat PPKI yang pertama ini menghasilkan :
 a. Mengesahkan rancangan Undang-Undang Dasar negara yang
     dibahas dalam sidang BPUPKI menjadi Undang-Undang Dasar
      Negara Republik Indonesia, yang dikenal UUD 1945.

Rapat PPKI yang pertama dilakukan  di gedung Cuo Sangi In, Jln.
Pejambon. Sebelum rapat dimulai, Soekarno-Hatta meminta kepada Ki Bagus Hadikusumo,K.H.Wachid Hasjim, Mr. Kasman
Singodimejo dan Mr. Teuku Moh. Hasan untuk membahas kembali Piagam Jakarta, khususnya mengenai kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan menjalankan syariat
   islam bagi pemeluk-pemeluknya” . Hal ini disebabkan pemeluk
Pemeluk agama lain merasa keberatan terhadap kalimat tersebut.
Akhirnya rapat yang dipimpin oleh Bung Hatta, dalam waktu 15
menit, berhasil mencapai kesepakatan dan mengubahnya menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa “.

b. Pengngkatan presiden dan wakil presiden
     Dalam pemilihan presiden dan wakil presiden Otto Iskandar
Dinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan wakil presiden
dilakukan secara aklamasi. Ia mengusulkan Ir. Soekarno sebagai
presiden dan Drs.Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul tersebut disetujui oleh hadirin yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

c. Pembentukan Komite Nasional
     Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 juga berhasil memutuskan
Pembentukan Komite Nasional untuk membantu presiden selama
MPR dan DPR belum terbentuk.

     Sidang PPKI yang kedua tanggal 19 Agustus 1945, menghasilkan keputusan :

a. Menetapkan pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 Propinsi
     Sidang PPKI dilanjutkan keesokan harinya tanggal 19 Agustus
1945 pada pukul 10.00 pagi di gedung Cuo Sangi In. Rapat ini
membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandar Dinata, yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :
     1) Pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 propinsi beserta
          calon gubernurnya.
           a) Jawa Barat                               : Sutarjo Kartohadikusumo
           b) Jawa Tengah                            :  R.P Suroso
           c) Jawa Timur                              :  R.A Suryo
           d) Kalimantan(Borneo)              : Ir Moch. Noer
           e) Sulawesi                                   : Sam Ratulangi
           f) Maluku                                      : Mr. J Latuharhary
         g) Sunda Kecil (Nusa Tenggara)            : Mr I Gusti Ketut Puja
         h) Sumatra                                               : Mr.Teuku.Moh. Hasan
   
     b. Menetapkan Kementrian dalam lingkungan pemerintahan.
          Dalam sidang PPKI ini juga mendengar laporan dari panitia
          kecil yang diketuai oleh Ahmad Subarjo.   Panitia     itu
          mengusulkan dibentuknya 13 kementrian. Setelah
          dilakukan pembahasan, sidang memutuskan 12 kementrian
          yang dibantu oleh menteri negara. Susunan kementrian
          yang pertama yang berhasil disusun sesuai dengan
          ketentuan UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September
          1945 dipimpin oleh presiden Soekarno. Presiden berperan
           sebagai pemimpin kabinet dan kabinet bertanggung jawab
           kepada presiden. Susunan kabinet pertama RI sebagai
           berikut.
          Menteri Dalam Negeri     : R.A.A Wiranata Kusumah
          Menteri Luar Negeri         : Mr.Ahmad Subarjo
          Menteri Kehakiman          : Prof Dr Supomo
          Menteri Kemakmuran      : Ir Surahman Cokroadisuryo
          Menteri Keuangan             : Mr. A.A Maramis
          Menteri Kesehatan            : Dr. Buntaran Martoatmojo
          Menteri Pengajaran           : Ki Hajar Dewantoro
          Menteri Sosial                     : Mr.Iwa Kusuma Sumantri
          Menteri Penerangan          : Mr. Amir Syarifudin
          Menteri Perhubungan       : Abikusno Cokrosuyoso
        Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
          Menteri Pekerjaan Umum: Abikusno Cokrosuyoso
          Menteri Negara                   : Otto Iskandardinata
          Menteri Negara                   : Wahid Hasyim
          Menteri Negara                   : Dr.M.Amir
           
             Menteri Negara       : Mr. Sartono

     Dis-amping itu juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara,
yaitu :
             Ketua Mahkamah Agung   : Mr. Kusumaatmaja
             Jaksa Agung                          : Mr.Gatot Tarunamiharja
            Sekretaris Negara                 : Mr.A.G Pringgodigdo
             Juru Bicara Negara              : Sukarjo Wiryopranoto

     Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945
     Rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945 memiliki agenda utama
membahas Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan pembentukan Badan Keamanan Rakyat(BKR).
     a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
     Inti dari anggota KNIP adalah anggota PPKI. Di samping itu, anggota
KNIP juga berasal dari tokoh-tokoh golongan muda dan tokoh-tokoh


   
           
             Menteri Negara       : Mr. Sartono

     Dis-amping itu juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara,
yaitu :
             Ketua Mahkamah Agung   : Mr. Kusumaatmaja
             Jaksa Agung                          : Mr.Gatot Tarunamiharja
            Sekretaris Negara                 : Mr.A.G Pringgodigdo
             Juru Bicara Negara              : Sukarjo Wiryopranoto

     Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945
     Rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945 memiliki agenda utama
membahas Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan pembentukan Badan Keamanan Rakyat(BKR).
     a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
     Inti dari anggota KNIP adalah anggota PPKI. Di samping itu, anggota
KNIP juga berasal dari tokoh-tokoh golongan muda dan tokoh-tokoh


   
Masyarakat dari berbagai daerah sehingga jumlahnya mencapai
137 orang. Anggota KNIP secara resmi dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945 di gedung Kesenian Pasar Baru. Sebagai ketua KNIP
Kasman Singodinejo.
     Pada bulan Oktober 1945, kelompok kiri (sosialis) dalam KNIP
yang dipimpin oleh Sutan Syahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Langkah berikutnya dari kelompok
sosialis adalah mendorong terbentuknya kabinet parlementer.
Sebagai langkah awal pembentukan pemerintahan Parlementer
adalah mengubah fungsi KNIP dari sekedar hanya badan penasehat menjadi badan legislatif yang sebenarnya. Dengan
alasan :
1) Adanya kesan politik bahwa kekuasaan presiden terlalu besar
     sehingga dikawatirkan menjadi pemerintahan yang bersifat
     diktator.
2) Adanya propaganda Belanda melalui NICA yang menyiarkan
     isu politik bahwa pemerintah RI adalah pemerintahan yang
     bersifat fasis, yang menganut sistem pemerintahan Jepang
     sebelum perang dunia II. Oleh karena itu, Belanda
     menganjurkan kepada dunia internasional agar tidak
     mengakui kedaulatan RI.
3. Untuk menunjukan kepada dunia internasional,khususnya
     pihak sekutu , bahwa Indonesia baru merdeka adalah
     demokratis, bukan negara fasis buatan Jepang.
     
     Maklumat Pemerintah No.X tanggal 16 Oktober 1945. Maklumat tersebut ditandatangani oleh wakil presiden Moh.Hatta dalam konggres KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Isi
maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini .
1) Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi
     kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
     Haluan Negara
2) Berhubung gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari
     dijalankan oleh suatu Badan Pekerja yang dipilih diantara
     mereka dan bertanggung jawab kepada KNIP.

     Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945
     Pada tanggal 30 Oktober 1945, BP-KNIP mengusulkan kepada
pemerintah agar memberikan kesempatan kepada rakyat seluas-
luasnya untuk mendirikan partai-partai politik sebagai sarana
penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di masyarakat.
Selain itu, pembentukan partai-partai politik juga merupakan
persiapan bagi pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat yang
diselenggarakan pada bulan Januari 1946. Pemerintah menyetujui hal tersebut jika keberadaan partai-partai politik itu
dapat memperkuat perjuangan bangsa Indonesia mempertahahkan kemerdekaan dan menjamin keamanan
Masyarakat. Persetujuan pemerintah itu diwujudkan dengan
dikeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden. Isinya antara lain menyatakan.
     “Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai  politik,
       dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke  
      jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam
        masyarakat”.
     Sehubungan dengan hal itu, pada bulan November dan Desember 1945 para pemimpin rakyat sibuk membentuk partai-
partai politik.
            Partai Politik Pada Awal Kemerdekaan
     Berate partai politik yang muncul setelah dikeluarkannya
maklumat pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 sebagai berikut:
1) Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri tanggal
    7 november 1945, dipimpin oleh Dr.Sukiman Wiryosanjoyo.
2) PKI (Partai Komunis Indonesia) berdiri tanggal 7 November
     1945, dipimpin oleh Moh.Yusuf.
3) PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri pada tanggal 8Nopember
    1945, dipimpin oleh Nyono
4) PRJ (Partai Rakyat Jelata) berdiri tanggal 8 Nopember 1945
     oleh Sutan Dewanis.
5) Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri tanggal 10
     Nopember 1945 dipimpin oleh Probowinoto
6) Parsi (Partai Sosialis Indonesia) berdiri 10 Nopember 1945
     dipimpin oleh Amir Syarifudin
7) Paras (Partai Rakyat Sosialis) berdiri pada tanggal 20
     Nopember 1945 dipimpin oleh Sutan Syahrir. Parsi dan Paras
     bergabung menjadi satu menja di Partai Sosialis dipimpin oleh
     Sutan Syahrir,Amir Syarifudin dan Oei Hwee Goat.
8) PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia) berdiri tanggal
    8 Desember 1945 dipimpin oleh I.J Kasimo
9) Permai (Persatuan Rakyat Marhaen) berdiri tanggal 17
    Desember 1945 didirikan oleh J.B Assa
10) PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri pada tanggal
      29 Januari 1946 dipimpin oleh Sidik Joyosukarto.

Maklumat Pemerintah Tanggal 14 Nopember 1945
     Sejak permulaan bulan Oktober 1945, beberapa tokoh
seperti Supeno, Sukarni, Ir.Sukirman dan Mangunsarkoro
bersama anggota KNIP lainya sudah berencana mengubah sistem pemerintahan sistem presidentil menjadi sistem parlementer sehingga kabinet bertanggung
jawab kepada KNIP sebagai pemegang kekuasaan legislatif.
     Pembentukan pemerintahan parlementer juga diharapkan dapat mengurangi kekuasaan presiden yang
dianggap terlalu besar. Selanjutnya BP-KNIP secara resmi


Mengajukan usul tersebut kepada pemerintah mengenai
pertanggungjawaban menteri-menteri kepada suatu
“Perwakilan Rakyat” (KNIP). Pada tanggal 14 Nopember
1945, pemerintah menyetujui usulan BP-KNIP untuk
mengubah bentuk kabinet presidentil menjadi parlementer.
Persetujuan pemerintah tersebut diumumkan melalui
maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945
yang berbunyi.
     “Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan selamat, dalam tingkatan
pertama usahanya menegakan diri, merasa bahwa saat
sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam
tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara
kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru itu ialah, tanggung jawab adalah di dalam tangan menteri.


KNIP dalam sidang ketiga tanggal 25-27 November 1945
menyetujui pula adanya pertanggungjawaban menteri tersebut dengan kata-kata “....membenarkan kebijakan presiden perihal mendudukan perdana menteri dan menteri-
menteri yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional
Indonesia Pusat sebagai suatu langkah yang tidak dilarang
oleh Undang-Undang Dasar dan perlu dalam keadaan
sekarang”.
     Sistem kabinet parlementer berlaku sejak 14 Nopember
1945 hingga 27 Desember 1949. Selama berlakunya UUD 45 tahap pertama, terdapat sembilan kali pergantian kabinet
1) kabinet presidentil pertama,2-9-1945 s/d 14-11-1945
2) kabinet Syahrir I, 14-11-1945 s/d 12 -3- 1945
3) kabinet Syahrir II, 12 -3 194-6 s/d 20-10-1946
4) kabinet Syahrir III, 20-10-1946 s/d 27-6-1947
5) kabinet Amir Syarifudin I, 3-7-1947 s/d 11-11-1947
6) kabinet Amir SyarifudinII, 11-11-1947 s/d 29-1-1948
7) kabinet Hatta I, 29-1-1948 s/d 4-8-1948
8) kabinet darurat (PDRI), 19-12-1948 s/d 13-7-1949
9) kabinet Hatta II, 4-8-1949 s/d 20-8-1949

c. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanaan Negara
      Pada tanggal 22 Agustus 1945, presiden Soekarno
dalam pidato di radio menyatakan pembentukan  tiga
badan baru, yaitu sebagai berikut :
1) Komite Nasional Indonesia (KNIP)
2) Partai Nasional Indonesia (PNI)
3) Badan Keamanan Rakyat
     BKR bertugas menjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Sebagian golongan muda menyambut dengan kecewa pidato presiden tersebut karena mereka menghendaki agar pemerintah segera membentuk tentara nasional,  bukan
sekedar BKR. Akan tetapi,sebagian lain terutama mantan
tentara PETA, KNIL, dan Heiho menanggapinya dengan
segera membentuk BKR di daerahnya masing-masing dan
memanfaatkanya sebagai wadah perjuangan.
     Di Jakarta, bekas tentara PETA membentuk BKR pusat
agar BKR di daerah di daerah dapat dikoordinasikan secara terpusat. Tokoh yang terpilih secara terpusat. Tokoh yang terpilih sebagai pimpinan BKR pusat adalah
Kasman Singodimejo, bekas Daidanco Jakarta. Setelah
Kasman diangkat sebagai ketua KNIP, kedudukanya sebagai ketua BKR digantikan oleh Kaprawi, bekas Daidanco Sukabumi, selengkapnya pengurus BKR pusat,
Yaitu Kaprawi (ketua umum), Sutalaksana (ketua I), Latif
Hendraningrat (ketua II), dan dibantu oleh Arifin Abdurahman, Mahmud, dan Zulkifli Lubis. Mereka melakukan kontak dengan bekas perwira KNIL di Jakarta,
Bandung dan pimpinan BKR di daerah-daerah seperti di
Jawa Timur (drg. Moestopo), di Jawa Tengah(Soedirman)
dan Jawa Barat(Arudji Kartawinata).
   
     Pembentukan Tentara Nasional
     Sebagian pemuda yang tidak puas dengan pembentukan BKR, yang pada umumhya telah membentuk organisasi-organisasi perjuangan pada zaman
jepang. Organisasi itu besar perananya bagi tercetusnya
proklamasi kemerdekaan. Setelah usulan mereka mengenai pembentukan tentara nasional ditolak presiden
dan wakil presiden, mereka menempuh jalan lain. Mereka

menempuh jalan lain. Mereka membentuk badan-badan
perjuangan perjuangan sendiri yang kemudian menyatukan diri dalam sebuah Komite Van Aksi yang
bermarkas di jalan Menteng 31 Jakarta. Organisasi ini
dipimpin oleh Adam Malik, Chaerul Saleh, dan Maruto
Nitimiharjo. Badan-badan perjuangan yang tergabung
dalam Komite Van Aksi, yaitu Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA, dan
Barisan Buruh Indonesia(BBI).
     Kemudian, muncul pula badan-badan perjuangan lain
di jawa, sperti Barisan Banteng, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi(KRIS), Pemuda Indonesia Maluku
(PIM), Hizbullah, Sabilillah, Pemuda Sosialis Indonesia
(Pesindo), Barisan Pembrontakan Rakyat Indonesia
(BPRI). Ada pula badan perjuangan yang bersifat khusus
seperti Tentara Pelajar (TP),Tentara Genie Pelajar(TGP)
dan Tentara Republik Indonesia (TRIP).
     Pembentukan badan-badan perjuangan juga dilakukan di
Sumatra, Sulawesi dan pulau-pulau lainya. Di Aceh dibentuk
Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Barisan Pemuda
Indonesia (BPI) yang kemudian berubah menjadi Pemuda
Republik Indonesia (PRI) di Sumatra Utara dibentuk Pemuda
Republik Andalas. Di Sumatra Barat dibentuk Pemuda Andalas dan Pemuda Indonesia Andalas Barat. Di Sulawesi
Selatan dibentuk Pusat Pemuda Indonesia (PPI) dipimpin oleh
Manai Sophian.
     Sementara itu, tentara sekutu terus berupaya membebaskan dan memepersenjatai kembali pasukan-pasukan Belanda yang menjadi tawanan Jepang. Menghadapi
reaksi tersebut pemerintah RI berencana membentuk Tentara
Nasional. Pemerintah memanggil pensiunan KNIL Oerip
Soemohardjo untuk segera membentuk tentara Nasional.


 ALWAYS REMEMBER : http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com

3 comments: